Connect with us

Politics

Program Penanganan Anak Muda Ilham Fauzi Lebih Terarah dan Terukur

Published

on

Kitasulsel–Makassar Ilham Fauzi Lebih Paham Keresahan Anak Muda dalam Debat Kandidat Pilwalkot Makassar

Makassar – Calon Wakil Walikota Makassar nomor urut 3, Ilham Ari Fauzi Amir Uskara, kembali tampil mencuri perhatian dalam debat kandidat kedua Pilwalkot Makassar, yang digelar pada hari Rabu, 13 November 2024, siang tadi.

Dalam kesempatan tersebut, Ilham menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang isu-isu yang menjadi keresahan utama anak muda, seperti lapangan kerja, peluang usaha, hingga akses pendidikan dan teknologi.

Ilham yang dikenal aktif di berbagai komunitas anak muda dan sering berdialog dengan kalangan milenial serta Gen Z di Makassar, mengungkapkan bahwa generasi muda merupakan kekuatan besar yang membutuhkan dukungan konkret dari pemerintah.

Menurutnya, pemuda harus diberi ruang untuk berkreasi dan berinovasi di berbagai sektor agar mampu menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.

BACA JUGA  Generasi Milenial Titip Harapan ini ke Fatmawati Rusdi

“Kami memahami bahwa anak muda Makassar memiliki potensi besar. Tugas kami sebagai pemerintah adalah menciptakan lingkungan yang mendukung kreativitas mereka, termasuk mengembangkan inkubator bisnis, menyediakan pelatihan kewirausahaan, dan memfasilitasi akses ke sumber daya digital,” ujar pemuda berusia 26 tahun ini, yang juga lulusan Universitas Indonesia.

Ilham juga menyoroti pentingnya peningkatan infrastruktur digital di Makassar untuk mendukung perkembangan ekonomi kreatif, sektor yang banyak digeluti anak muda.

Selain itu, Ilham Fauzi juga menunjukkan pemahaman mendalam terkait tantangan unik yang dihadapi oleh sandwich generation.

Istilah sandwich generation merujuk pada generasi yang berada di tengah-tengah tanggung jawab mengurus orang tua dan anak, serta membiayai kebutuhan pribadi dan keluarga.

Ilham Fauzi yang akrab disapa Daeng Tayang menekankan bahwa banyak anak muda di Makassar, khususnya mereka yang berusia 20-30 tahun, sudah mulai merasakan tekanan sebagai sandwich generation.

BACA JUGA  Tanda Kemenangan Sudah Terlihat, Satgas Anti Money Politik SAR-Kanaah Himbau Masyarakat Jangan Tergoda Uang

Generasi ini sering kali terbebani tanggung jawab ganda: merawat orang tua yang sudah lanjut usia sambil membangun keluarga dan karier mereka sendiri.

Tantangan finansial dan emosional yang dihadapi generasi ini semakin berat dengan biaya hidup yang kian meningkat dan minimnya dukungan sosial.

“Jadi sandwich generation itu bukan anak muda yang menganggur, tapi mereka sudah bekerja namun menghadapi himpitan ekonomi, dimana mereka harus menghidupi diri sendiri dan juga ikut menanggung orangtuanya.

Nah ini situasi itulah yang membuat ekonomi mereka rentan yang tadinya dari menengah bisa turun menjadi miskin. Untuk itu kami akan membuat kebijakan yang meringankan beban mereka,” tegas Ilham.

Menurutnya, pemerintah perlu memberikan fasilitas kesehatan yang terjangkau untuk lansia, serta menciptakan program pelatihan bagi anak muda agar mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Ilham juga menekankan pentingnya pendidikan keuangan sejak dini untuk membantu generasi ini mengelola keuangan mereka lebih baik.

BACA JUGA  Respon Golkar Makassar Soal Mundurnya Airlangga Hartarto Sebagai Ketua Umum

Ilham juga berencana untuk menginisiasi program bantuan kesehatan dan subsidi bagi keluarga yang memiliki anggota lansia. Dengan adanya program ini, diharapkan beban finansial sandwich generation dapat berkurang sehingga mereka bisa lebih fokus dalam mengembangkan potensi diri dan karier.

Debat yang berlangsung sengit tersebut memperlihatkan Ilham Fauzi yang mendampingi Indira Yusuf Ismail sebagai kandidat yang lebih memahami kebutuhan serta aspirasi anak muda, terutama dari generasi milenial dan Gen Z. (*)

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Politics

Catatan Redaksi: Janji Politik: Dari Harapan Menuju Kenyataan

Published

on

Kitasulsel—Makassar—Janji politik selalu menjadi magnet utama dalam setiap kontestasi pemilihan kepala daerah. Masyarakat menaruh harapan besar pada sederet program kerja yang ditawarkan, karena dari situlah terbit secercah keyakinan akan perubahan. Namun, di balik gegap gempita kampanye dan pidato politik, ada realitas yang kerap luput dipahami: tidak semua janji bisa langsung diwujudkan begitu seorang pemimpin dilantik.

Butuh waktu, proses, serta kedewasaan dalam menyikapinya. Penyelarasan antara janji politik dengan kekuatan anggaran daerah bukan perkara sederhana. Program kerja yang telah tertuang dalam dokumen perencanaan membutuhkan sinkronisasi dengan postur anggaran, mekanisme regulasi, hingga prioritas pembangunan yang disepakati bersama. Walau terkesan lambat, pada dasarnya roda implementasi tetap bergerak, dan janji politik perlahan menemukan jalannya untuk terealisasi.

BACA JUGA  INIMI Libatkan Warga Bentuk Program dengan Keliling Panakkukang Serap Aspirasi

Sebagian masyarakat kerap menilai janji politik sebagai sesuatu yang seharusnya segera terwujud begitu jabatan diemban. Padahal, dalam praktik pemerintahan, tidak ada kebijakan yang bisa berdiri sendiri tanpa mempertimbangkan aspek keuangan daerah. Keinginan mempercepat realisasi harus berhadapan dengan aturan, tata kelola, serta skema pembiayaan yang terbatas.

Sesungguhnya, tidak ada kepala daerah yang tidak ingin janji politiknya segera terwujud. Semua pemimpin tentu ingin meninggalkan jejak nyata di tengah masyarakat. Namun, kendala sering kali hadir dari kebijakan internal pemerintahan itu sendiri: mulai dari proses perencanaan anggaran, koordinasi antar-lembaga, hingga keterbatasan fiskal. Di sinilah pentingnya kedewasaan publik dalam memandang dinamika politik dan pembangunan.

Hal yang perlu digarisbawahi adalah, penyelarasan antara program kerja dengan kemampuan anggaran tidak boleh dilakukan secara terburu-buru. Sebab, tergesa-gesa dalam memenuhi janji justru berisiko menimbulkan pelanggaran pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas dan transparansi menjadi fondasi penting agar realisasi program benar-benar berdampak positif, bukan sekadar mengejar pencitraan.

BACA JUGA  Appi Ajak Masyarakat Tidak Golput di Pilwalkot 2024

Pada akhirnya, janji politik bukan sekadar kata-kata manis di masa kampanye, melainkan amanah yang membutuhkan perjalanan panjang. Di dalamnya ada proses belajar, kesabaran, dan kesungguhan. Bagi masyarakat, memahami bahwa perubahan tidak bisa terjadi dalam sekejap adalah bentuk kedewasaan politik. Bagi kepala daerah, menepati janji dengan penuh tanggung jawab adalah wujud integritas yang sesungguhnya.

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel