Connect with us

LIPUTAN HAJI 2025

KKHI Makkah Siap Layani Jemaah Haji dengan Fasilitas Kesehatan Lengkap dan Tenaga Medis Profesional

Published

on

KITASULSEL—MAKKAH— Kepala KKHI (Klinik Kesehatan Haji Indonesia) Makkah, dr. Edy Supriyatna, menyampaikan bahwa pihaknya telah memulai persiapan pelayanan kesehatan sejak 7 Mei 2025. Persiapan tersebut mencakup seluruh aspek pelayanan medis yang dibutuhkan oleh jemaah haji Indonesia selama berada di Makkah.

“Kami telah melakukan persiapan sejak tanggal 7 Mei, baik untuk unit gawat darurat, pelayanan rawat inap, apotek, laboratorium, radiologi, hingga rujukan ke rumah sakit Arab Saudi bagi kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut,” jelas dr. Edy saat ditemui di KKHI Makkah.

Saat ini, KKHI Makkah menyiapkan kapasitas okupansi sebanyak 62 tempat tidur yang terbagi dalam berbagai jenis perawatan, seperti IGD, rawat inap pria dan wanita, perawatan psikiatri, dan ICU.

BACA JUGA  Jemaah JKS 12 diberangkatkan ke Jakarta pada 18 Juni, Dirjen PHU: Prosedur Keamanan Sudah Dilalui

Untuk mendukung operasional tersebut, total 107 tenaga medis telah diterjunkan. “Terdiri dari 28 dokter spesialis, 10 dokter umum, 50 perawat, serta tenaga kesehatan lainnya seperti apoteker, analis laboratorium, dan radiografer,” terang dr. Edy.

Pelayanan kesehatan tidak hanya dilakukan di KKHI, namun juga menjangkau jemaah langsung di lapangan. Tim medis KKHI secara aktif turun ke kloter dan pos-pos satelit guna melakukan pemeriksaan dan memberikan layanan konsultasi. “Kami jemput bola, langsung ke sektor dan pos satelit untuk mendukung tenaga kesehatan di kloter,” ujarnya.

Mekanisme pelayanan kesehatan bagi jemaah dimulai dari tenaga medis di kloter yang terdiri dari satu dokter dan satu perawat. Jika diperlukan penanganan lebih lanjut, tim KKHI memberikan konsultasi spesialis bahkan membantu proses rujukan ke rumah sakit Arab Saudi. “Setiap sektor juga kami siapkan satu ambulans dan dua perawat untuk keperluan rujukan,” tambahnya.

BACA JUGA  Jelang Puncak Haji 1446 H/2025 M, PPIH Arab Saudi Lakukan Mitigasi Layanan Jamaah di Armuzna

Dalam hal rujukan, KKHI memprioritaskan kasus-kasus serius dan mengancam jiwa, seperti penyakit paru berat (seperti pneumonia) dan penyakit jantung.

Dari sekitar 88 ribu jemaah yang telah tiba di Makkah, KKHI telah melayani lebih dari 11 ribu jemaah dengan gangguan kesehatan. Penyakit yang paling banyak diderita adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

Untuk jemaah dengan risiko tinggi (risti), KKHI melakukan pemantauan ketat. “Setiap kloter memiliki sekitar 30 jemaah prioritas risti yang harus diperiksa rutin setiap 3 hingga 6 hari, atau bahkan setiap hari jika diperlukan,” jelas dr. Edy.

Terkait jemaah yang terpisah dari petugas kloternya karena perbedaan hotel atau syarikah, KKHI juga telah mengantisipasi dengan menugaskan tenaga tambahan dari KKHI Makkah. “Kami tempatkan tenaga BKO dari KKHI di hotel-hotel yang tidak memiliki petugas kloter agar jemaah tetap mendapatkan pelayanan,” tutupnya.

BACA JUGA  Dari Sidrap Menyapa Langit: Keteladanan Bupati, Stafsus, dan Jurnalis dalam Memuliakan Tamu Allah

Dengan sistem pelayanan yang terstruktur dan sumber daya medis yang memadai, KKHI Makkah berkomitmen memberikan perlindungan kesehatan terbaik bagi jemaah haji Indonesia selama menjalankan ibadah di Tanah Suci.

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

LIPUTAN HAJI 2025

Dari Balik Bravo, Suara Penjaga Alur Perjalanan Suci Jemaah Haji

Published

on

Kitasulsel–MADINAH Di tengah gegap gempita Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz, Madinah, suara-suara bersahutan dalam berbagai bahasa. Tapi ada satu suara yang tak pernah terdengar oleh jemaah—suara yang melintas di frekuensi internal, tak kasat mata tapi begitu menentukan.

Suara itu keluar dari perangkat kecil bernama bravo, alat komunikasi genggam yang jadi urat nadi pergerakan jemaah haji Indonesia.

Di balik saluran itu, ada sosok bernama Kholis Tomin. Nama yang mungkin tak pernah dikenal jemaah, tapi kehadirannya nyaris tak pernah absen sejak jemaah menginjakkan kaki di tanah suci hingga kembali ke Tanah Air. Ia adalah suara yang menjaga alur perjalanan jutaan jiwa.

“Saya bukan siapa-siapa,” katanya pelan, sembari menggenggam erat bravo di tangannya. “Tapi selama jemaah bisa sampai dengan selamat, saya merasa cukup,” imbuhnya.

Kholis bukan wajah baru dalam pelayanan haji. Mukimin asal Madura ini telah mengabdi sejak tahun 2002. Dua puluh tahun lebih ia menapaki berbagai peran: perawat lansia, penghubung antar sektor, pemandi jenazah, hingga kini menjadi pengendali komunikasi jemaah melalui perangkat bravo. Setiap peran ia jalani bukan sekadar karena tugas, tapi panggilan hati.

Dari balik bravo, suara Kholis mengalir tenang namun tegas. “Rombongan embarkasi SUB sudah tiba. Bus standby, siap bongkar. Petugas siap sambut,” begitu biasanya ia memulai koordinasi.

BACA JUGA  Kunjungi Daker Makkah, Wamenhaj Apresiasi Sukses Haji dan Sebut Semua Tantangan Berhasil Dimitigasi

Tak ada sorotan kamera yang merekam. Tak ada tepuk tangan yang menyambut. Tapi di sudut-sudut bandara Arab Saudi, baik di Jeddah maupun Madinah, suara Kholis jadi sinyal dimulainya rangkaian pelayanan: penjemputan, distribusi bus, pengamanan jalur, hingga respons cepat saat terjadi keterlambatan atau kendala cuaca.

Ia tahu, di balik setiap kalimat yang ia ucapkan, ada ribuan lansia yang menunggu kepastian. Ada harapan dalam tiap detik.

Maka setiap kata ia ucapkan dengan tanggung jawab penuh. “Karena saya yakin, suara ini akan dicatat juga di langit,” ucapnya sambil menatap langit Madinah yang mulai menghangat.

Kholis bukan satu-satunya suara dari balik bravo di Daerah Kerja Bandara. Ada juga Iwan Bonex, sosok jangkung yang telah 17 tahun menjadi bagian dari pelayanan haji Indonesia.

ASN Kementerian Agama ini dikenal memiliki koneksi yang baik dengan pihak maskapai—kemampuan yang membuatnya kembali dipercaya menjadi Tim Bravo Daker Bandara 2025, sekaligus menjalankan fungsi pelayanan pemulangan jemaah.

“Semua hal yang kita laporkan melalui bravo ini harus detail. Ini akan berdampak pada setiap fase pergerakan jemaah,” tutur Iwan.

BACA JUGA  393 Jemaah Haji Terbang Perdana, Dirjen PHU: Dahulukan Amalan Wajib Sebelum Sunah

Ada juga Sadiri Sadimum Paki, mukimin asal Madura yang menetap di Arab Saudi sejak 2007. Ia mulai bergabung dalam tim bravo sejak 2015. Pria beranak tiga ini menyebut peran sebagai Tim Bravo bukan sekadar kebanggaan, tapi tanggung jawab yang melekat pada keakuratan informasi.

“Data kami jadi rujukan utama. Mulai dari jemaah sakit, tanazul, jumlah jemaah yang masuk dan keluar bandara. Kalau salah, bisa kacau pelayanan,” ujarnya.

Bagi Sadiri, kesuksesan pelayanan haji adalah hasil sinergi. “Kami bukan siapa-siapa tanpa data dari Mabes (pusat kendali pergerakan dari Kantor Urusan Haji atau KUH), dari sektor di Makkah atau Madinah, serta dari Tim Bravo lain. Ini kerja kolektif. Dan semua harus akurat,” tambahnya.

Di sisi lain bandara, ada suara baru yang tak kalah sigap. Mayor Laut Andi Irawan, perwira TNI Angkatan Laut, untuk pertama kalinya dipercaya menjadi bagian dari Tim Bravo PPIH Arab Saudi. Meski baru pertama kali terlibat dalam pelayanan haji, ia cepat menyesuaikan diri.

“Di kesatuan, saya sudah terbiasa pakai HT. Bahasa-bahasa teknis di bravo sudah akrab. Jadi tinggal pindah medan,” kata suami dari Wilco Ikada, ayah dari tiga anak ini.

BACA JUGA  Ingat, Payung dan Kabel Rol Dilarang Dibawa ke Kabin

Tak hanya menangani koordinasi melalui bravo. Di Daker Bandara, Andi juga dikenal sebagai petugas perlindungan jemaah (linjam) yang kerap menggendong jemaah-jemaah lansia yang kelelahan.

“Itu jadi pengalaman paling berharga. Saya merasa, inilah esensi tugas kami—membuat jemaah merasa aman, nyaman, dan dihormati,” kata Andi dengan suara tercekat.

Dari balik bravo, suara-suara ini tidak pernah muncul di berita utama. Mereka bukan narasumber di konferensi pers, bukan pula sosok yang menghiasi laporan akhir tahun. Tapi justru dari balik senyap itulah, mereka mengatur ribuan langkah kaki dalam satu irama pelayanan.

Tak butuh tepuk tangan. Tak berharap nama disebut. Mereka hanya ingin satu hal: melihat jemaah tiba di tempat tujuan dengan selamat, menjalani ibadah dengan tenang, dan pulang ke tanah air dalam keadaan utuh.

Di antara deru mesin pesawat dan gegap logistik bandara, suara mereka mengalir seperti doa yang disampaikan lewat gelombang udara—doa yang tak terdengar, tapi mungkin paling tulus.

Mereka adalah penjaga sunyi perjalanan suci. Dari balik bravo, suara mereka menyatukan langkah, merajut pelayanan, dan menjadi bagian dari keberkahan haji Indonesia. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel