Connect with us

Penilaian OPD Perencanaan Dokumen, Apresiasi Kinerja Kasubag Perencanaan

Published

on

Kitasulsel—Makassar—PJ Sekda Makassar, Firman Hamid Pagarra menghadiri penjurian penilaian untuk OPD dengan perencanaan terbaik, di Balaikota, Senin (4/03/2024).

Penjurian ini dihadiri oleh pihak Provinsi Sulsel, tim akademisi, ketua lembaga penelitian Unhas.

Firman Pagarra mengatakan untuk penjurian ini telah terjaring sebanyak belasan OPD yang masuk dalam kandidat perencanaan terbaik di Pemkot Makassar.

Hal itu dikarenakan kinerja-kinerja Kasubag perencanaan sangat baik sehingga dapat melahirkan inovasi-inovasi matang yang baik untuk semua.

“Seluruh teman-teman juri menyampaikan mereka menilai untuk yang masuk kandidat itu terlihat kesetaraan dan kemampuan dari Kasubag perencanaan yang berbeda-berbeda namun menampakkan hasil yang maksimal,” ucap Firman.

Firman juga menambahkan kedepan untuk penempatan Kasubag perencanaan disetiap OPD harus tersertifikasi atau mendapat rekomendasi dari kepala Bappeda.

Sehingga kedepannya seluruh Kasubag perencanaan dapat mengetahui tugas pokok dan fungsinya sehingga dapat menghasilkan inovasi-inovasi andalan yang bermanfaat bagi masyarakat.

“Ciptaan inovasi salah satu jadi penilaian. Pesan pak wali untuk mengasistensi teman-teman Kasubag perencanaan agar mendapat rekomendasi dari kepala Bappeda. Jadi saya harap Kasubag perencanaan ini benar-benar termotivasi untuk terus mengasah kemampuannya,” tutur Firman.

Sementara, Kepala Bappeda Kota Makassar, Zulkfili Nanda menambahkan kegiatan ini diikuti oleh seluruh OPD dan Kecamatan yang telah diseleksi oleh Tim Internal Bappeda Makassar.

Adapun hasil akhirnya sendiri, akan ada tiga OPD terbaik yang terpilih dan akan mendapatkan apresiasi langsung dari Pemkot Makassar.

“Rencananya, akan diumumkan pada saat kegiatan Musrenbang Kota Rabu 6 Maret 2024, besok,” pungkasnya. (*)

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Menag Jelaskan Pentingnya Pemimpin Punya Sudut Pandang Menyatukan, bukan Memisahkan

Published

on

Kitasulsel–SUMEDANG Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak para kepala daerah untuk mengedepankan pendekatan persatuan dan nilai-nilai agama dalam memimpin dan berkomunikasi dengan masyarakat.

Ajakan tersebut disampaikan Menag saat menjadi pembicara dalam Orientasi Kepemimpinan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Gelombang II yang digelar Kementerian Dalam Negeri di Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Sumedang, Kamis (26/6/2025).

Menag menyampaikan, bahwa agama adalah satu komponen penting dalam berkomunikasi dengan masyarakat Indonesia yang heterogen dan sangat plural. Untuk itu, pemimpin harus memiliki sudut pandang yang menyatukan, bukan memisahkan.

“Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat plural dan heterogen, sehingga kita harus menggunakan pendekatan sentripetal, yaitu pendekatan yang mencari titik tengah di antara banyaknya titik. Jangan menggunakan pendekatan sentrifugal yang cenderung membubarkan semua titik,” jelasnya di Balairung Rudini, Jatinangor.

Menurut Menag, pemimpin yang baik adalah yang bisa berkomunikasi dengan masyarakatnya hingga menyentuh hati mereka. Menag menjelaskan bahwa sebagai pengayom masyarakat, penting untuk menjaga komunikasi yang baik dan juga memikirkan apa yang perlu disampaikan kepada masyarakat dengan bijak.

“Segala sesuatu yang keluar dari hati yang terdalam akan sampai ke hati yang terdalam juga, jadi sebelum berkomunikasi kepada masyarakat agar melakukan pembatinan”, ungkapnya.

Menag juga menjelaskan bahwa di tengah masyarakat Indonesia yang seluruhnya menggunakan agama sebagai seragam (baju) dalam menjalani hidup, agama bisa menjadi senjata bermata dua yang bisa menguntungkan dan juga merugikan.

“Agama itu seperti Nuklir, jika digunakan dengan baik maka akan bermanfaat dalam kehidupan manusia. Selain itu, juga dapat menghancurkan kehidupan manusia.

Layaknya Nuklir, agama bisa menjadi perantara komunikasi yang baik kepada masyarakat. Sebaliknya, agama juga bisa menjadi hal yang memecah belah umat dan bangsa”, terangnya.

Dalam hal Moderasi Beragama, Menag menegaskan bahwa bukan syari’at agama yang diubah, melainkan cara kita beragama lah yang perlu diubah. “Moderasi Beragama bukan untuk mengubah agama yang tadinya tradisional menjadi modern, melainkan untuk mengubah cara kita beragama, tanpa mengubah teks di kitab suci kita”, tambahnya.

Di akhir pembicaraan, Menag menyampaikan nasihat penting kepada para Kepala Daerah, “Orientasi ini diadakan untuk mencerdaskan intelektual dan juga emosional.

Karena tugas kita selain mencerdaskan intelektual masyarakat, kita juga perlu mencerdaskan emosional nya, sehingga menciptakan lingkungan beragama yang harmonis”. Menurut Menag semua agama mengacu kepada satu tujuan, yaitu kemanusiaan.

Acara ini diikuti oleh 86 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, serta menghadirkan audiens dari Praja IPDN. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel