Connect with us

Politics

PDI Perjuangan Serahkan Rekomendasi B1 – KWK Indira – Ilham Maju di Pilwali Makassar

Published

on

Kitasulsel–JAKARTA Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan secara resmi menerbitkan rekomendasi B1 – KWK untuk bakal pasangan calon Indira Yusuf Ismail – Ilham Fauzi Amir Uskara maju di Pilwali Makassar, 27 November mendatang.

Penyerahan rekomendasi tersebut diberikan Wakil Bendahara DPP PDI Perjuangan, Yuke Yurike, di Jakarta, Jumat, (23/8/2024).

Indira yang menerima rekomendasi tersebut didampingi suaminya, Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan ‘Danny’ Pomanto. Serta disaksikan Ketua PDI Perjuangan Sulsel Andi Ridwan Wittiri dan Ketua PDI Perjuangan Makassar Andi Suhada Sappaile.

Terbitnya rekomendasi B1 – KWK tersebut,

Ketua Bappilu DPC PDI Perjuangan Makassar, Raisul Jaiz menekankan, kepada seluruh kader untuk tegak lurus. Serta wajib memenangkan pasangan Indira – Ilham.

BACA JUGA  Fatmawati Rusdi:Semua Program IBAS-Puspa Sejalan Dengan Program Andalan Hati,”Tennang Ni”

“Dengan turunnya rekomendasi ini maka, seluruh struktural partai wajib mengamankan dan memenangkan pasangan ini, kami akan langsung bergerak serentak dan bergotong royong untuk memenangkan pasangan ini,” kata Jaiz.

“Dan saya yakin bahwa pasangan ini akan memenangkan kontestasi Pilkada Kota Makassar,” sambungnya.

Diketahui, terbitnya rekomendasi PDI Perjuangan semakin menguatkan pasangan Indira – Ilham di Pilwali Makassar. Di mana pasangan ini telah memegang rekomendasi B1 – KWK tiga partai politik, yakni, PDI Perjuangan, PPP dan PKB yang memiliki masing – masing lima kursi di DPRD Makassar.

Sehingga syarat pengusungan Indira – Ilham 20 persen atau 10 kursi di Pilwali Makassar telah terpenuhi. (*)

BACA JUGA  Gaungkan Program Meritokrasi Birokrasi, AMAN Ingin Seluruh SKPD Kota Makassar di Isi ASN Berkualitas
Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Politics

Catatan Redaksi: Janji Politik: Dari Harapan Menuju Kenyataan

Published

on

Kitasulsel—Makassar—Janji politik selalu menjadi magnet utama dalam setiap kontestasi pemilihan kepala daerah. Masyarakat menaruh harapan besar pada sederet program kerja yang ditawarkan, karena dari situlah terbit secercah keyakinan akan perubahan. Namun, di balik gegap gempita kampanye dan pidato politik, ada realitas yang kerap luput dipahami: tidak semua janji bisa langsung diwujudkan begitu seorang pemimpin dilantik.

Butuh waktu, proses, serta kedewasaan dalam menyikapinya. Penyelarasan antara janji politik dengan kekuatan anggaran daerah bukan perkara sederhana. Program kerja yang telah tertuang dalam dokumen perencanaan membutuhkan sinkronisasi dengan postur anggaran, mekanisme regulasi, hingga prioritas pembangunan yang disepakati bersama. Walau terkesan lambat, pada dasarnya roda implementasi tetap bergerak, dan janji politik perlahan menemukan jalannya untuk terealisasi.

BACA JUGA  Appi Peduli Terus Berlanjut, Kali Ini Sasar Warga Kelurahan Parang Tambung

Sebagian masyarakat kerap menilai janji politik sebagai sesuatu yang seharusnya segera terwujud begitu jabatan diemban. Padahal, dalam praktik pemerintahan, tidak ada kebijakan yang bisa berdiri sendiri tanpa mempertimbangkan aspek keuangan daerah. Keinginan mempercepat realisasi harus berhadapan dengan aturan, tata kelola, serta skema pembiayaan yang terbatas.

Sesungguhnya, tidak ada kepala daerah yang tidak ingin janji politiknya segera terwujud. Semua pemimpin tentu ingin meninggalkan jejak nyata di tengah masyarakat. Namun, kendala sering kali hadir dari kebijakan internal pemerintahan itu sendiri: mulai dari proses perencanaan anggaran, koordinasi antar-lembaga, hingga keterbatasan fiskal. Di sinilah pentingnya kedewasaan publik dalam memandang dinamika politik dan pembangunan.

Hal yang perlu digarisbawahi adalah, penyelarasan antara program kerja dengan kemampuan anggaran tidak boleh dilakukan secara terburu-buru. Sebab, tergesa-gesa dalam memenuhi janji justru berisiko menimbulkan pelanggaran pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas dan transparansi menjadi fondasi penting agar realisasi program benar-benar berdampak positif, bukan sekadar mengejar pencitraan.

BACA JUGA  Fatmawati Rusdi:Semua Program IBAS-Puspa Sejalan Dengan Program Andalan Hati,”Tennang Ni”

Pada akhirnya, janji politik bukan sekadar kata-kata manis di masa kampanye, melainkan amanah yang membutuhkan perjalanan panjang. Di dalamnya ada proses belajar, kesabaran, dan kesungguhan. Bagi masyarakat, memahami bahwa perubahan tidak bisa terjadi dalam sekejap adalah bentuk kedewasaan politik. Bagi kepala daerah, menepati janji dengan penuh tanggung jawab adalah wujud integritas yang sesungguhnya.

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel