Politics
KPU Makassar Terima Berkas Pencalonan Appi-Aliyah dan Dinyatakan Lengkap

Kitasulsel–Makassar Pasangan Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham (Appi-Aliyah) secara resmi mendaftarkan diri sebagai calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar untuk periode 2024-2029 di KPU Makassar.
Setelah melakukan deklarasi di Anjungan Pantai Losari, pasangan dengan jargon “Mulia” ini langsung menuju Kantor KPU Makassar di Jl. Perumnas Raya Antang, Manggala, pada Kamis (29/8/2024).

Tujuh pimpinan partai pengusung, yaitu Golkar, Demokrat, Hanura, Perindo, PBB, PKN, dan Partai Ummat, bersama ribuan massa pendukung, turut mengantar Appi-Aliyah mendaftar ke KPU Makassar.
Setelah sekitar satu jam proses verifikasi dokumen, KPU Kota Makassar menyatakan bahwa berkas pencalonan pasangan Appi-Aliyah telah memenuhi syarat. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Ketua KPU Makassar, Muhammad Yasir Arafat, usai menerima hasil verifikasi dokumen pendaftaran pasangan calon.

“Terkait hasil pencocokan dokumen yang diberikan oleh bakal calon, setelah diverifikasi oleh tim, hasilnya lengkap.
Hari ini juga kami keluarkan rekomendasi untuk pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Pendidikan Unhas,” ujar Yasir.
Munafri Arifuddin juga menyampaikan penghargaan kepada KPU Kota Makassar atas kerjasama yang memungkinkan dirinya dan Aliyah Mustika Ilham untuk ikut serta dalam Pilwalkot Makassar.
“Kami sangat berharap, dengan dukungan enam partai pengusung, semua kelengkapan administrasi lainnya akan kami lengkapi,” ujar Munafri.
Appi berjanji untuk mematuhi setiap aturan yang ditetapkan oleh KPU Makassar dan memastikan bahwa tim serta relawan yang bergerak di bawahnya akan tertib serta mengedepankan politik edukatif kepada masyarakat.
“Kedepannya, kami akan melaksanakan segala bentuk aturan dengan baik dan taat. Bantu kami jika ada hal yang dianggap melanggar atau melenceng, sehingga kami dapat memperbaiki dan mengevaluasi ke depannya,” pungkasnya. (*)
Politics
Catatan Redaksi: Janji Politik: Dari Harapan Menuju Kenyataan

Kitasulsel—Makassar—Janji politik selalu menjadi magnet utama dalam setiap kontestasi pemilihan kepala daerah. Masyarakat menaruh harapan besar pada sederet program kerja yang ditawarkan, karena dari situlah terbit secercah keyakinan akan perubahan. Namun, di balik gegap gempita kampanye dan pidato politik, ada realitas yang kerap luput dipahami: tidak semua janji bisa langsung diwujudkan begitu seorang pemimpin dilantik.
Butuh waktu, proses, serta kedewasaan dalam menyikapinya. Penyelarasan antara janji politik dengan kekuatan anggaran daerah bukan perkara sederhana. Program kerja yang telah tertuang dalam dokumen perencanaan membutuhkan sinkronisasi dengan postur anggaran, mekanisme regulasi, hingga prioritas pembangunan yang disepakati bersama. Walau terkesan lambat, pada dasarnya roda implementasi tetap bergerak, dan janji politik perlahan menemukan jalannya untuk terealisasi.

Sebagian masyarakat kerap menilai janji politik sebagai sesuatu yang seharusnya segera terwujud begitu jabatan diemban. Padahal, dalam praktik pemerintahan, tidak ada kebijakan yang bisa berdiri sendiri tanpa mempertimbangkan aspek keuangan daerah. Keinginan mempercepat realisasi harus berhadapan dengan aturan, tata kelola, serta skema pembiayaan yang terbatas.
Sesungguhnya, tidak ada kepala daerah yang tidak ingin janji politiknya segera terwujud. Semua pemimpin tentu ingin meninggalkan jejak nyata di tengah masyarakat. Namun, kendala sering kali hadir dari kebijakan internal pemerintahan itu sendiri: mulai dari proses perencanaan anggaran, koordinasi antar-lembaga, hingga keterbatasan fiskal. Di sinilah pentingnya kedewasaan publik dalam memandang dinamika politik dan pembangunan.

Hal yang perlu digarisbawahi adalah, penyelarasan antara program kerja dengan kemampuan anggaran tidak boleh dilakukan secara terburu-buru. Sebab, tergesa-gesa dalam memenuhi janji justru berisiko menimbulkan pelanggaran pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas dan transparansi menjadi fondasi penting agar realisasi program benar-benar berdampak positif, bukan sekadar mengejar pencitraan.
Pada akhirnya, janji politik bukan sekadar kata-kata manis di masa kampanye, melainkan amanah yang membutuhkan perjalanan panjang. Di dalamnya ada proses belajar, kesabaran, dan kesungguhan. Bagi masyarakat, memahami bahwa perubahan tidak bisa terjadi dalam sekejap adalah bentuk kedewasaan politik. Bagi kepala daerah, menepati janji dengan penuh tanggung jawab adalah wujud integritas yang sesungguhnya.
-
2 tahun ago
Informasi Tidak Berimbang,Dewan Pengurus KKS Kairo Mesir Keluarkan Rilis Kronologi Kejadian di Mesir
-
Politics12 bulan ago
Indo Barometer:Isrullah Ahmad -Usman Sadik Pepet Budiman-Akbar,IBAS-Puspa Tak Terkejar
-
1 tahun ago
Tangis Haru Warnai Pelepasan Status ASN Hj Puspawati Husler”Tetaplah Kuat Kami Bersamamu”
-
2 tahun ago
Pj Gubernur Bahtiar Paparkan Rencana Pembangunan Sulsel di Depan Presiden Jokowi
-
3 tahun ago
Video Menolak Berjabat Tangan Dengan Seorang Warga Viral ,Ketua DPRD Luwu Timur Dinilai Tidak Mencerminkan Diri Sebagai Wakil Rakyat
-
1 tahun ago
IBAS Is Back: Siap Maju di Kontestasi Pilkada Luwu Timur
-
3 tahun ago
Dari Kotamobagu, BMR Anies Bertekat Menangkan Anies Baswedan*
-
1 tahun ago
Duet Birokrat dan Legislatif, NasDem Usung Syahar-Kanaah di Pilkada Sidrap
You must be logged in to post a comment Login