Connect with us

NEWS

Karena Tunggakan Travel, Jamaah Umrah Asal Makassar Terancam Tidak Bisa Pulang

Published

on

Kitasulsel–Makassar – Ratusan jamaah umrah asal Makassar mengalami nasib pahit di Tanah Suci Mekkah setelah tertahan akibat masalah finansial yang melibatkan pihak travel penyelenggara, Salsabilah.

Jamaah yang seharusnya bisa menjalankan ibadah dengan khusyuk, kini terjebak dalam situasi penuh kecemasan setelah paspor mereka ditahan sebagai jaminan oleh pihak terkait.

Permasalahan ini terungkap setelah Salsabilah, travel yang menaungi para jamaah, diduga belum melunasi sejumlah tagihan kepada Asosiasi Kesatuan Tour Travel Haji Umrah Republik Indonesia (Kesthuri). Kesthuri, yang telah menalangi seluruh biaya perjalanan umrah para jamaah tersebut, mengambil langkah tegas dengan menahan dokumen perjalanan sebagai jaminan pembayaran.

BACA JUGA  Dua Rumah di Desa Tamalanrea Ludes Dilalap Api

Menurut informasi yang diterima dari kerabat salah satu jamaah, situasi ini bermula ketika Salsabilah gagal memenuhi kewajiban pembayaran yang sudah jatuh tempo.

“Kesthuri sudah menanggung semua biaya dari Madinah hingga Mekkah, termasuk hotel, tapi Salsabilah belum membayar tunggakan yang kabarnya mencapai Rp100 juta,” ungkap T (nama samaran), salah satu kerabat jamaah.

Lebih mengkhawatirkan lagi, para jamaah dihadapkan pada biaya tambahan sebesar Rp4,5 juta per orang jika ingin segera pulang ke Indonesia. Kondisi ini memicu kepanikan di kalangan jamaah dan keluarga mereka di Makassar, yang merasa terjebak dalam masalah yang tidak mereka duga sebelumnya.

Kisah Ibadah yang Ternodai

Keinginan para jamaah untuk menunaikan ibadah umrah dengan lancar kini terhenti oleh persoalan finansial yang melibatkan pihak travel. Mereka yang awalnya berangkat dengan harapan menjalankan ibadah suci, kini justru harus memikirkan cara untuk pulang.

BACA JUGA  Bumerang Isu Boikot di Indonesia, Pakar: Waspada, Bisa Tingkatkan Gelombang PHK

“Kami hanya ingin beribadah dengan tenang, tapi sekarang kami malah menghadapi masalah ini. Kami tidak tahu apa yang harus dilakukan,” kata salah satu jamaah yang enggan disebutkan namanya.

Keadaan semakin memburuk ketika beberapa keluarga di Makassar kesulitan mengumpulkan dana tambahan yang diminta oleh pihak terkait, sehingga banyak jamaah merasa terjebak di Mekkah tanpa solusi yang jelas.

Tuntutan Penyelesaian dan Harapan Kepulangan

Jamaah umrah asal Makassar ini berharap ada intervensi dari pihak berwenang untuk menyelesaikan masalah ini. Baik pemerintah maupun pihak travel diharapkan segera bertindak untuk memastikan jamaah bisa pulang dengan aman dan tenang.

Kesthuri, sebagai pihak yang menalangi biaya, juga diharapkan dapat memberikan kelonggaran dan penyelesaian yang tidak memberatkan jamaah.

BACA JUGA  Seleksi CPNS Pemkot Makassar 2024 Dibuka 20 Agustus, Simak Jadwal Lengkap dan Formasinya di Sini

Sementara itu, pihak Salsabilah belum memberikan keterangan resmi terkait dugaan tunggakan tersebut. Para jamaah dan keluarganya berharap masalah ini bisa segera diselesaikan agar mereka bisa kembali ke tanah air tanpa harus membayar biaya tambahan yang membebani. (*)

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Nasional

Bumerang Isu Boikot di Indonesia, Pakar: Waspada, Bisa Tingkatkan Gelombang PHK

Published

on

Kitasulsel–YOGYAKARTA Masyarakat diminta agar berhati-hati dan tidak asal mengikuti seruan boikot. Sebab, boikot dapat menjadi bumerang jika tidak dilakukan secara seksama dan terukur.

Ketua Dewan Pakar Pusat Studi Siyasah dan Pemberdayaan Masyarakat (PS2PM) Yogyakarta, Dr. M. Muslich KS mengatakan, boikot yang tidak terukur dapat berbuah gelombang PHK kepada masyarakat.

Maka dari itu, dia meminta masyarakat memiliki strategi yang tepat agar tidak jatuh korban dari masyarakat.

“Dalam konteks isu (boikot) jangan ada korban kalau bisa. Tapi strategi boikot itu kita pola sedemikian rupa sehingga menjadikan isu itu tidak menjadi sesuatu bumerang bagi kita,” kata Muslich

Salah satunya adalah dengan mendorong kebijakan di level pemerintah agar tidak lagi berhubungan secara government to government (G2G) dengan Israel.

BACA JUGA  Golden Picture Produksi Film Perjuangan Bergenre Action War Sekelas Hollywood

Seperti diketahui, meski Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik formal, namun kedua negara tetap menjaga kontak perdagangan, pariwisata dan keamanan.

Menyitir kementerian perdagangan (kemendag), impor dari Israel untuk Indonesia meningkat ratusan persen secara tahunan (yoy).

Pada periode Januari hingga April 2024, impor Israel ke Indonesia meningkat 336% secara yoy menjadi US$29,2 juta atau setara dengan Rp479,6 miliar.

Perdagangan antar kedua negara tidak hanya sampai pada produk fisik semata namun juga software atau perangkat lunak mata-mata. Sejak tahun 2017, sejumlah perusahaan asal Israel ditengarai telah menjual teknologi penyadapan ke Indonesia seperti Pegassus untuk menyadap perangkat elektronik.

Investigasi Amnesty International menemukan teknologi dan alat-alat penyadapan itu dipesan sejumlah lembaga negara, di antaranya Polri dan Badan Sandi dan Siber Nasional (BSSN).

BACA JUGA  Dua Rumah di Desa Tamalanrea Ludes Dilalap Api

Dia menyebut, melalui pemutusan relasi G2G, tekanan ekonomi dapat lebih dirasakan oleh Israel. Hal itu tentunya akan lebih berdampak pada agresi militer Israel kepada Palestina.

“Yang harus kita lakukan sehingga dampak boikot sendiri akan dapat bermanfaat untuk kepentingan politik luar negeri kita terkait dengan agresi itu,” ucap Muslich.

“Bagaimana strategi kita (boikot)jalan tapi korban jangan sampai terjadi yang begitu dahsyat,” sambung Muslich.

Menurutnya, tanpa boikot, ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Maka dari itu, tidak perlu aksi tambahan yang dapat memperparah kondisi ekonomi.

Lemahnya ekonomi Indonesia saat ini dibuktikan dengan pernyataan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) yang menyebut Indonesia mengalami deflasi yang selama empat bulan berturut-turut. Hal itu mengindikasikan daya beli masyarakat yang melemah.

BACA JUGA  Soal Pendidikan, Jusuf Kalla Minta Pemerintah Efektifkan Anggaran yang Ada

Selain itu, gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) semakin marak. Data Kementerian Ketenagakerjaan menyebut jumlah buruh korban PHK menembus 46 ribu orang sepanjang tahun 2024.

“Tidak ada upaya boikot saja pengangguran di indonesia itu kan sekarang sudah pada titik yang sangat mengkhawatirkan,” ungkap Muslich. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2017 Zox News Theme. Theme by MVP Themes, powered by WordPress.