Politics
Seto Dapat Restu Prabowo, Singgung Pembangunan Stadion

Kitasulsel–Makassar Calon Wali Kota Makassar, Andi Seto Gadhista Asapa menegaskan soliditas Partai Gerindra bersama Partai Nasdem, PAN, dan PSI dalam memenangi Pilkada Makassar pada 27 November 2024.
Hal ini disampaikan Seto saat bersilaturahmi dengan ribuan para relawan dan komunitas pada Minggu malam (13/10). Seto mengatakan, Partai Gerindra di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto telah memberikan mandat kepada pasangan Andi Seto Gadhista Asapa – Rezki Mulfiati Lutfi (Sehati) untuk berkompetisi di Pilkada Makassar.

“Tidak ada calon lain yang diperintahkan (Prabowo) maju di Pilkada Makassar selain kami (Sehati),” tegas Seto.
Seto yang saat ini tercatat sebagai Pengurus DPP Partai Gerindra menekankan bahwa dukungan politik yang dimilikinya akan mempercepat pembangunan di Kota Makassar, termasuk proyek-proyek besar seperti stadion bertaraf internasional.

“Kalau pasangan nomor urut 2 terpilih pada 27 November mendatang, kami bisa langsung mengomunikasikan pembangunan stadion dengan beliau (Prabowo),” papar mantan bupati Sinjai ini.
Komitmen ini sudah tertuang dalam program strategis pasangan Sehati di sektor infrastruktur. Selain itu, juga pembangunan sirkuit balapan dan ruang terbuka hijau.
“Kami ingin membangun lebih banyak fasilitas olahraga untuk anak muda, karena kami memahami banyak dari mereka yang memiliki potensi besar namun terkendala kurangnya fasilitas,” kata Seto yang kini berusia 40 tahun.
Untuk itu, lanjut mantan bupati Sinjai periode 2018-2023 ini, mengajak masyarakat Kota Makassar untuk memilih pemimpin berpengalaman yang memiliki rekam jejak.
“Kita perlu pemimpin yang bisa memberi kepastian. Insya Allah, kami adalah pilihan itu, representasi dari generasi milenial,” pungkas Seto yang lahir dan besar di Kota Makassar.
Sekadar diketahui, Presiden Jokowi pada awal tahun ini telah meminta kepada Kementerian PUPR untuk membangun stadion bertaraf internasional di Kota Makassar, tepatnya di kawasan GOR Sudiang. Keberlanjutan stadion ini akan berada dalam kendali pemerintahan Prabowo Subianto menyusul masa jabatan Jokowi akan berakhir pada 20 Oktober 2024. (*)
Politics
Catatan Redaksi: Janji Politik: Dari Harapan Menuju Kenyataan

Kitasulsel—Makassar—Janji politik selalu menjadi magnet utama dalam setiap kontestasi pemilihan kepala daerah. Masyarakat menaruh harapan besar pada sederet program kerja yang ditawarkan, karena dari situlah terbit secercah keyakinan akan perubahan. Namun, di balik gegap gempita kampanye dan pidato politik, ada realitas yang kerap luput dipahami: tidak semua janji bisa langsung diwujudkan begitu seorang pemimpin dilantik.
Butuh waktu, proses, serta kedewasaan dalam menyikapinya. Penyelarasan antara janji politik dengan kekuatan anggaran daerah bukan perkara sederhana. Program kerja yang telah tertuang dalam dokumen perencanaan membutuhkan sinkronisasi dengan postur anggaran, mekanisme regulasi, hingga prioritas pembangunan yang disepakati bersama. Walau terkesan lambat, pada dasarnya roda implementasi tetap bergerak, dan janji politik perlahan menemukan jalannya untuk terealisasi.

Sebagian masyarakat kerap menilai janji politik sebagai sesuatu yang seharusnya segera terwujud begitu jabatan diemban. Padahal, dalam praktik pemerintahan, tidak ada kebijakan yang bisa berdiri sendiri tanpa mempertimbangkan aspek keuangan daerah. Keinginan mempercepat realisasi harus berhadapan dengan aturan, tata kelola, serta skema pembiayaan yang terbatas.
Sesungguhnya, tidak ada kepala daerah yang tidak ingin janji politiknya segera terwujud. Semua pemimpin tentu ingin meninggalkan jejak nyata di tengah masyarakat. Namun, kendala sering kali hadir dari kebijakan internal pemerintahan itu sendiri: mulai dari proses perencanaan anggaran, koordinasi antar-lembaga, hingga keterbatasan fiskal. Di sinilah pentingnya kedewasaan publik dalam memandang dinamika politik dan pembangunan.

Hal yang perlu digarisbawahi adalah, penyelarasan antara program kerja dengan kemampuan anggaran tidak boleh dilakukan secara terburu-buru. Sebab, tergesa-gesa dalam memenuhi janji justru berisiko menimbulkan pelanggaran pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas dan transparansi menjadi fondasi penting agar realisasi program benar-benar berdampak positif, bukan sekadar mengejar pencitraan.
Pada akhirnya, janji politik bukan sekadar kata-kata manis di masa kampanye, melainkan amanah yang membutuhkan perjalanan panjang. Di dalamnya ada proses belajar, kesabaran, dan kesungguhan. Bagi masyarakat, memahami bahwa perubahan tidak bisa terjadi dalam sekejap adalah bentuk kedewasaan politik. Bagi kepala daerah, menepati janji dengan penuh tanggung jawab adalah wujud integritas yang sesungguhnya.
-
2 tahun ago
Informasi Tidak Berimbang,Dewan Pengurus KKS Kairo Mesir Keluarkan Rilis Kronologi Kejadian di Mesir
-
Politics12 bulan ago
Indo Barometer:Isrullah Ahmad -Usman Sadik Pepet Budiman-Akbar,IBAS-Puspa Tak Terkejar
-
1 tahun ago
Tangis Haru Warnai Pelepasan Status ASN Hj Puspawati Husler”Tetaplah Kuat Kami Bersamamu”
-
2 tahun ago
Pj Gubernur Bahtiar Paparkan Rencana Pembangunan Sulsel di Depan Presiden Jokowi
-
3 tahun ago
Video Menolak Berjabat Tangan Dengan Seorang Warga Viral ,Ketua DPRD Luwu Timur Dinilai Tidak Mencerminkan Diri Sebagai Wakil Rakyat
-
1 tahun ago
IBAS Is Back: Siap Maju di Kontestasi Pilkada Luwu Timur
-
3 tahun ago
Dari Kotamobagu, BMR Anies Bertekat Menangkan Anies Baswedan*
-
1 tahun ago
Duet Birokrat dan Legislatif, NasDem Usung Syahar-Kanaah di Pilkada Sidrap
You must be logged in to post a comment Login