Connect with us

Politics

Seto Paparkan Visi Misi, GBI Sulsel Siap Kolaborasi

Published

on

Kitasulsel–MAKASSAR Calon Wali Kota Makassar nomor urut 2, Andi Seto Gadhista Asapa, bersilaturahmi dengan pengurus Gereja Bethel Indonesia (GBI) Badan Pengurus Daerah (BPD) Sulsel, pada Senin (18/11/2024).

Pertemuan berlangsung di Jalan Bangau, Kecamatan Mariso, dan diterima langsung oleh Ketua GBI Sulsel, Pendeta Basuki, bersama jajaran pengurus lainnya.

Diskusi yang berlangsung selama satu jam itu membahas berbagai program dan visi misi Seto-Rezki. Pendeta Basuki menyebut visi misi Seto-Rezki sejalan dengan sejumlah program GBI Sulsel, sehingga membuka peluang kolaborasi di masa mendatang.

“Saya senang dengan pemaparan beliau. Ada banyak kesamaan dan irisan, sehingga ke depan kita bisa berkolaborasi di berbagai bidang,” ucap Basuki.

BACA JUGA  Sekretaris NasDem Parepare Benarkan Rekomendasi Tasming Hamid di Pilwakot Dievaluasi

Ia menilai Seto sebagai calon pemimpin yang berpengalaman dan unggul, dengan latar belakang pendidikan di Australia dan pengalaman memimpin sebagai Bupati Sinjai periode 2018-2023.

“Meritokrasi beliau tumbuh secara natural dalam kepemimpinan dan pengalaman. Itu membuat beliau menjadi pribadi yang solid, unggul, dan terbukti mampu memimpin,” tambah Basuki.

Dalam pertemuan itu, pengurus GBI turut mendoakan kelancaran Pilkada Makassar agar menghasilkan pemimpin terbaik untuk membawa Kota Makassar semakin maju.

“Kita berdoa supaya pemilihan berjalan lancar, aman, dan Tuhan menyatakan kehendak yang terbaik,” kata Basuki.

Andi Seto menyampaikan apresiasi atas masukan dan saran dari pengurus GBI Sulsel. Ia menegaskan diskusi tersebut memperkaya wawasannya dalam merumuskan program kerja jika terpilih sebagai wali kota.

BACA JUGA  Partai Demokrat Sulsel Gagas Pendidikan Politik, Sasar Siswa SMA di 24 Kabupaten/Kota

“Diskusi ini membawa manfaat besar, baik untuk saya pribadi maupun untuk penyempurnaan visi misi kami,” kata Seto.

Ia juga senang karena visi misinya bersama Rezki Mulfiati Lutfi memiliki banyak irisan dengan program GBI Sulsel, terutama di bidang pendidikan.

“Kami juga menerima titipan harapan dari GBI terkait hal-hal yang akan kami jadikan kebijakan jika terpilih, agar dapat memberikan kenyamanan bagi semua pihak, khususnya komunitas GBI,” pungkasnya. (*)

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Politics

Catatan Redaksi: Janji Politik: Dari Harapan Menuju Kenyataan

Published

on

Kitasulsel—Makassar—Janji politik selalu menjadi magnet utama dalam setiap kontestasi pemilihan kepala daerah. Masyarakat menaruh harapan besar pada sederet program kerja yang ditawarkan, karena dari situlah terbit secercah keyakinan akan perubahan. Namun, di balik gegap gempita kampanye dan pidato politik, ada realitas yang kerap luput dipahami: tidak semua janji bisa langsung diwujudkan begitu seorang pemimpin dilantik.

Butuh waktu, proses, serta kedewasaan dalam menyikapinya. Penyelarasan antara janji politik dengan kekuatan anggaran daerah bukan perkara sederhana. Program kerja yang telah tertuang dalam dokumen perencanaan membutuhkan sinkronisasi dengan postur anggaran, mekanisme regulasi, hingga prioritas pembangunan yang disepakati bersama. Walau terkesan lambat, pada dasarnya roda implementasi tetap bergerak, dan janji politik perlahan menemukan jalannya untuk terealisasi.

BACA JUGA  JK Titip Pesan untuk Appi-Aliyah di Pilwalkot Makassar

Sebagian masyarakat kerap menilai janji politik sebagai sesuatu yang seharusnya segera terwujud begitu jabatan diemban. Padahal, dalam praktik pemerintahan, tidak ada kebijakan yang bisa berdiri sendiri tanpa mempertimbangkan aspek keuangan daerah. Keinginan mempercepat realisasi harus berhadapan dengan aturan, tata kelola, serta skema pembiayaan yang terbatas.

Sesungguhnya, tidak ada kepala daerah yang tidak ingin janji politiknya segera terwujud. Semua pemimpin tentu ingin meninggalkan jejak nyata di tengah masyarakat. Namun, kendala sering kali hadir dari kebijakan internal pemerintahan itu sendiri: mulai dari proses perencanaan anggaran, koordinasi antar-lembaga, hingga keterbatasan fiskal. Di sinilah pentingnya kedewasaan publik dalam memandang dinamika politik dan pembangunan.

Hal yang perlu digarisbawahi adalah, penyelarasan antara program kerja dengan kemampuan anggaran tidak boleh dilakukan secara terburu-buru. Sebab, tergesa-gesa dalam memenuhi janji justru berisiko menimbulkan pelanggaran pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas dan transparansi menjadi fondasi penting agar realisasi program benar-benar berdampak positif, bukan sekadar mengejar pencitraan.

BACA JUGA  Sekretaris NasDem Parepare Benarkan Rekomendasi Tasming Hamid di Pilwakot Dievaluasi

Pada akhirnya, janji politik bukan sekadar kata-kata manis di masa kampanye, melainkan amanah yang membutuhkan perjalanan panjang. Di dalamnya ada proses belajar, kesabaran, dan kesungguhan. Bagi masyarakat, memahami bahwa perubahan tidak bisa terjadi dalam sekejap adalah bentuk kedewasaan politik. Bagi kepala daerah, menepati janji dengan penuh tanggung jawab adalah wujud integritas yang sesungguhnya.

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel