Connect with us

Didampingi Lurah Rappojawa, Camat Tallo Hadiri Peringatan Isra Miraj di Masjid Babuttaubah

Published

on

Kitasulsel—Makassar—Camat Tallo, Ramli Lallo, S.Pd, MM didampingi Lurah Rappojawa Irfan Lutfhi, S.STP menghadiri peringatan isra mi’raj 1445 H tahun 2024, bertempat di Masjid Babuttaubah, Kamis, (08/02/2024) malam.

Dalam sambutan singkatnya, Camat Tallo mengatakan bahwa peringatan Isra Mi’raj ini tentunya harus dijadikan moment sebagai perwujudan rasa syukur kita kepada Allah SWT, yang senantiasa menganugerahkan berbagai nikmat kepada kita sekalian, serta yang paling utama adalah bahwa sikap dan perilaku Nabi Muhammad SAW harus dijadikan suri tauladan bagi kita semua.

Pada kesempatan itu, Ramli Lallo juga mengajak warga terutama jamaah masjid Babuttaubah senantiasa menjaga hubungan silaturrahim, jaga keamanan dan ketertiban wilayah karena menjadi tanggung jawab bersama.

“Di setiap momen saya selalu sampaikan bahwa warga diharapkan mendukung program pemerintah, bukan hanya pembangunan fisik tapi juga pembangunan spritual,” ucap mantan Camat Kepulauan Sangkarrang ini.

Ia juga menghimbau kepada warga untuk senantiasa mengisi ruang-ruang yang masih ada dengan kegiatan-kegiatan yang religius

Sebelum mengahiri sambutannya, Ramli Lallo menekankan, tahun 2024 adalah tahun politik.

“Sebagai warga negara yang baik mari salurkan hak suara kita untuk kemajuan bangsa dan negara. Mari kita jadikan momentum politik ini aman dan berkualitas,” imbuhnya.

Hadir mendampingi Camat Tallo, Lurah Rappojawa, Irfan Lutfhi, Lurah Lakkang, Mansyur, Sekretaris Lurah Rappojawa, Hasanuddin dan staf kantor kecamatan Tallo, Muh. Akbar Umar.

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Menag Jelaskan Pentingnya Pemimpin Punya Sudut Pandang Menyatukan, bukan Memisahkan

Published

on

Kitasulsel–SUMEDANG Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak para kepala daerah untuk mengedepankan pendekatan persatuan dan nilai-nilai agama dalam memimpin dan berkomunikasi dengan masyarakat.

Ajakan tersebut disampaikan Menag saat menjadi pembicara dalam Orientasi Kepemimpinan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Gelombang II yang digelar Kementerian Dalam Negeri di Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Sumedang, Kamis (26/6/2025).

Menag menyampaikan, bahwa agama adalah satu komponen penting dalam berkomunikasi dengan masyarakat Indonesia yang heterogen dan sangat plural. Untuk itu, pemimpin harus memiliki sudut pandang yang menyatukan, bukan memisahkan.

“Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat plural dan heterogen, sehingga kita harus menggunakan pendekatan sentripetal, yaitu pendekatan yang mencari titik tengah di antara banyaknya titik. Jangan menggunakan pendekatan sentrifugal yang cenderung membubarkan semua titik,” jelasnya di Balairung Rudini, Jatinangor.

Menurut Menag, pemimpin yang baik adalah yang bisa berkomunikasi dengan masyarakatnya hingga menyentuh hati mereka. Menag menjelaskan bahwa sebagai pengayom masyarakat, penting untuk menjaga komunikasi yang baik dan juga memikirkan apa yang perlu disampaikan kepada masyarakat dengan bijak.

“Segala sesuatu yang keluar dari hati yang terdalam akan sampai ke hati yang terdalam juga, jadi sebelum berkomunikasi kepada masyarakat agar melakukan pembatinan”, ungkapnya.

Menag juga menjelaskan bahwa di tengah masyarakat Indonesia yang seluruhnya menggunakan agama sebagai seragam (baju) dalam menjalani hidup, agama bisa menjadi senjata bermata dua yang bisa menguntungkan dan juga merugikan.

“Agama itu seperti Nuklir, jika digunakan dengan baik maka akan bermanfaat dalam kehidupan manusia. Selain itu, juga dapat menghancurkan kehidupan manusia.

Layaknya Nuklir, agama bisa menjadi perantara komunikasi yang baik kepada masyarakat. Sebaliknya, agama juga bisa menjadi hal yang memecah belah umat dan bangsa”, terangnya.

Dalam hal Moderasi Beragama, Menag menegaskan bahwa bukan syari’at agama yang diubah, melainkan cara kita beragama lah yang perlu diubah. “Moderasi Beragama bukan untuk mengubah agama yang tadinya tradisional menjadi modern, melainkan untuk mengubah cara kita beragama, tanpa mengubah teks di kitab suci kita”, tambahnya.

Di akhir pembicaraan, Menag menyampaikan nasihat penting kepada para Kepala Daerah, “Orientasi ini diadakan untuk mencerdaskan intelektual dan juga emosional.

Karena tugas kita selain mencerdaskan intelektual masyarakat, kita juga perlu mencerdaskan emosional nya, sehingga menciptakan lingkungan beragama yang harmonis”. Menurut Menag semua agama mengacu kepada satu tujuan, yaitu kemanusiaan.

Acara ini diikuti oleh 86 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, serta menghadirkan audiens dari Praja IPDN. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel