Connect with us

Jadikan Kecamatan Tamalate Emisi Karbon Rendah,Camat Emil Dorong Konsep Metaverse untuk Lingkungan Bersih

Published

on

Kitasulsel—Makassar—Dalam sebuah presentasi yang diselenggarakan dalam acara Rakorsus Low Carbon City dengan konsep Metaverse, Camat Tamalate, Emil, Yudianto Tadjuddin.SE.MM menegaskan komitmennya untuk fokus pada isu lingkungan.

Hal tersebut disampaikan langsung di acara Rakorsus bertema Low Carbon City dengan Metaverse di hotel Four Points pada Senin 26 Februari 2024

Emil menyatakan bahwa pemerintahannya akan menitikberatkan perhatian pada upaya pengelolaan sampah.

Salah satu program utama yang diungkapkan oleh Emil adalah rencana untuk menyediakan kantong sampah di setiap kios. “Setiap kios akan kita siapkan kantong-kantong sampah,” ujarnya dengan tegas.

Hal ini merupakan langkah awal yang diambil untuk mengurangi jumlah sampah yang terbuang begitu saja di sekitar wilayah Tamalate.

Lebih lanjut, Emil juga menyoroti perlunya penanganan khusus terhadap sampah organik yang dihasilkan di pasar-pasar. “Kita juga akan fokus pada pengelolaan sampah organik yang ada di pasar-pasar,” katanya.

Dengan demikian, pihaknya berencana untuk mengimplementasikan sistem pengelolaan sampah yang efektif dan ramah lingkungan.

Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat membawa dampak positif dalam menjaga kebersihan lingkungan serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan hidup.

Dengan adanya dukungan dari konsep Metaverse, diharapkan pula dapat tercipta kolaborasi yang lebih luas dalam upaya menjadikan Tamalate sebagai kota dengan emisi karbon rendah.(**)

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Menag Jelaskan Pentingnya Pemimpin Punya Sudut Pandang Menyatukan, bukan Memisahkan

Published

on

Kitasulsel–SUMEDANG Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak para kepala daerah untuk mengedepankan pendekatan persatuan dan nilai-nilai agama dalam memimpin dan berkomunikasi dengan masyarakat.

Ajakan tersebut disampaikan Menag saat menjadi pembicara dalam Orientasi Kepemimpinan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Gelombang II yang digelar Kementerian Dalam Negeri di Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Sumedang, Kamis (26/6/2025).

Menag menyampaikan, bahwa agama adalah satu komponen penting dalam berkomunikasi dengan masyarakat Indonesia yang heterogen dan sangat plural. Untuk itu, pemimpin harus memiliki sudut pandang yang menyatukan, bukan memisahkan.

“Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat plural dan heterogen, sehingga kita harus menggunakan pendekatan sentripetal, yaitu pendekatan yang mencari titik tengah di antara banyaknya titik. Jangan menggunakan pendekatan sentrifugal yang cenderung membubarkan semua titik,” jelasnya di Balairung Rudini, Jatinangor.

Menurut Menag, pemimpin yang baik adalah yang bisa berkomunikasi dengan masyarakatnya hingga menyentuh hati mereka. Menag menjelaskan bahwa sebagai pengayom masyarakat, penting untuk menjaga komunikasi yang baik dan juga memikirkan apa yang perlu disampaikan kepada masyarakat dengan bijak.

“Segala sesuatu yang keluar dari hati yang terdalam akan sampai ke hati yang terdalam juga, jadi sebelum berkomunikasi kepada masyarakat agar melakukan pembatinan”, ungkapnya.

Menag juga menjelaskan bahwa di tengah masyarakat Indonesia yang seluruhnya menggunakan agama sebagai seragam (baju) dalam menjalani hidup, agama bisa menjadi senjata bermata dua yang bisa menguntungkan dan juga merugikan.

“Agama itu seperti Nuklir, jika digunakan dengan baik maka akan bermanfaat dalam kehidupan manusia. Selain itu, juga dapat menghancurkan kehidupan manusia.

Layaknya Nuklir, agama bisa menjadi perantara komunikasi yang baik kepada masyarakat. Sebaliknya, agama juga bisa menjadi hal yang memecah belah umat dan bangsa”, terangnya.

Dalam hal Moderasi Beragama, Menag menegaskan bahwa bukan syari’at agama yang diubah, melainkan cara kita beragama lah yang perlu diubah. “Moderasi Beragama bukan untuk mengubah agama yang tadinya tradisional menjadi modern, melainkan untuk mengubah cara kita beragama, tanpa mengubah teks di kitab suci kita”, tambahnya.

Di akhir pembicaraan, Menag menyampaikan nasihat penting kepada para Kepala Daerah, “Orientasi ini diadakan untuk mencerdaskan intelektual dan juga emosional.

Karena tugas kita selain mencerdaskan intelektual masyarakat, kita juga perlu mencerdaskan emosional nya, sehingga menciptakan lingkungan beragama yang harmonis”. Menurut Menag semua agama mengacu kepada satu tujuan, yaitu kemanusiaan.

Acara ini diikuti oleh 86 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, serta menghadirkan audiens dari Praja IPDN. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel