Connect with us

Rakorsus 2024, Bappeda Makassar Cetuskan Empat Program For Low Carbon

Published

on

Kitasulsel—Makassar—Untuk mewujudkan Low Carbon City dengan Metaverse
Kepala Badan (Kaban) Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Makassar, Andi Zulkifli Nanda akan melakukan sejumlah inovasi.

Hal tersebut disampaikan saat mempresentasikan program Bappeda Makassar dalam Rakorsus TA 2024 di Hotel Four Point by Sheraton, Senin (26/02/2024).

Adapun program Bappeda Makassar For Low Carbon terbagi dalam empat, pertama dalam hal kebijakan akan melakukan pengembangan kawasan Sudirman Loop.

“Kita akan menampilkan pengembangan kawasan Sudirman Loop, dimana nantinya Sudirman Loop itu, kita akan membuat semacam trotoar atau pedestrian yang memang untuk meningkatkan minat masyarakat untuk berjalan atau bersepeda atau berolahraga,” kata Zulkifki Nanda dihadapan.

Lanjut disampaikan yang kedua Karena hari ini semua SKPD komitmen dengan Low Carbon, jadi semua SKPD dalam penyusunan program disisipkan program low karbon city.

“Jadi saat presentasi semua SKPD memberikan inovasinya terkait low carbon. Penyusunan Dokumen, perencanaan berpihak pada pembangunan rendah carbon” harapnya.

Kemudian yang ketiga, menerapkan konsep green Building, penempatan tanaman di setiap ruangan.

Terakhir yang ke-empat di lingkup Bappeda Makassar, pola kerja dan prilaku pegawai Bappeda, pemanpaatan sistem digitalisasi e-Office mengurangi penggunaan kertas, penyimpanan data melalui cloud/gorive, pemanfaatan bus trans mamminasata dalam rangka mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, membawa kantong belanja sendiri dan membawa tumbler.(*)

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Menag Jelaskan Pentingnya Pemimpin Punya Sudut Pandang Menyatukan, bukan Memisahkan

Published

on

Kitasulsel–SUMEDANG Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak para kepala daerah untuk mengedepankan pendekatan persatuan dan nilai-nilai agama dalam memimpin dan berkomunikasi dengan masyarakat.

Ajakan tersebut disampaikan Menag saat menjadi pembicara dalam Orientasi Kepemimpinan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Gelombang II yang digelar Kementerian Dalam Negeri di Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Sumedang, Kamis (26/6/2025).

Menag menyampaikan, bahwa agama adalah satu komponen penting dalam berkomunikasi dengan masyarakat Indonesia yang heterogen dan sangat plural. Untuk itu, pemimpin harus memiliki sudut pandang yang menyatukan, bukan memisahkan.

“Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat plural dan heterogen, sehingga kita harus menggunakan pendekatan sentripetal, yaitu pendekatan yang mencari titik tengah di antara banyaknya titik. Jangan menggunakan pendekatan sentrifugal yang cenderung membubarkan semua titik,” jelasnya di Balairung Rudini, Jatinangor.

Menurut Menag, pemimpin yang baik adalah yang bisa berkomunikasi dengan masyarakatnya hingga menyentuh hati mereka. Menag menjelaskan bahwa sebagai pengayom masyarakat, penting untuk menjaga komunikasi yang baik dan juga memikirkan apa yang perlu disampaikan kepada masyarakat dengan bijak.

“Segala sesuatu yang keluar dari hati yang terdalam akan sampai ke hati yang terdalam juga, jadi sebelum berkomunikasi kepada masyarakat agar melakukan pembatinan”, ungkapnya.

Menag juga menjelaskan bahwa di tengah masyarakat Indonesia yang seluruhnya menggunakan agama sebagai seragam (baju) dalam menjalani hidup, agama bisa menjadi senjata bermata dua yang bisa menguntungkan dan juga merugikan.

“Agama itu seperti Nuklir, jika digunakan dengan baik maka akan bermanfaat dalam kehidupan manusia. Selain itu, juga dapat menghancurkan kehidupan manusia.

Layaknya Nuklir, agama bisa menjadi perantara komunikasi yang baik kepada masyarakat. Sebaliknya, agama juga bisa menjadi hal yang memecah belah umat dan bangsa”, terangnya.

Dalam hal Moderasi Beragama, Menag menegaskan bahwa bukan syari’at agama yang diubah, melainkan cara kita beragama lah yang perlu diubah. “Moderasi Beragama bukan untuk mengubah agama yang tadinya tradisional menjadi modern, melainkan untuk mengubah cara kita beragama, tanpa mengubah teks di kitab suci kita”, tambahnya.

Di akhir pembicaraan, Menag menyampaikan nasihat penting kepada para Kepala Daerah, “Orientasi ini diadakan untuk mencerdaskan intelektual dan juga emosional.

Karena tugas kita selain mencerdaskan intelektual masyarakat, kita juga perlu mencerdaskan emosional nya, sehingga menciptakan lingkungan beragama yang harmonis”. Menurut Menag semua agama mengacu kepada satu tujuan, yaitu kemanusiaan.

Acara ini diikuti oleh 86 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, serta menghadirkan audiens dari Praja IPDN. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel