Connect with us

Politics

Partai Buruh Exco Usung Indira Yusuf Ismail Menjadi Walikota Makassar 2024-2029

Published

on

Kitasulsel–Makassar Partai Buruh Exco Sulawesi Selatan (Sulsel) telah memasukkan nama calon Walikota Makassar ke dalam desk Pilkada Partai Buruh Kota Makassar untuk Pilkada Serentak 2024.

Hasil ini merupakan bagian dari rapat konsolidasi Partai Buruh Sulsel yang diadakan pada 17 Agustus 2024.

Penyerahan nama calon Walikota Makassar untuk periode 2024-2029 tersebut diserahkan langsung oleh Ketua Partai Buruh Exco Makassar kepada Ketua Partai Buruh Exco Sulsel, Akhmad Rianto, yang didampingi oleh para pengurus lainnya.

“Nama yang masuk ke dalam bursa calon Walikota Makassar 2024 di desk Pilkada Partai Buruh adalah Indira Yusuf Ismail”, ungkap Akhmad, sabtu (17/8/24).

Ketua Partai Buruh Kota Makassar, Tono, panggilan akrabnya menuturkan, dalam 1-2 hari ke depan pengurus Partai Buruh Kota Makassar akan kembali melakukan kajian mendalam terkait calon yang diusulkan, mengingat waktu pendaftaran calon Walikota dan Wakil Walikota Makassar akan segera dibuka.

BACA JUGA  Appa Palinggi Minta Appi Wujudkan Demokrasi Sehat dalam Pemilihan RT/RW di Makassar

Langkah ini menunjukkan komitmen Partai Buruh dalam memberikan dukungan yang tepat kepada calon pemimpin yang memiliki visi dan misi sejalan dengan perjuangan partai. Ungkap Tono

Harapan besar disematkan oleh Pengurus Partai Buruh kepada calon Walikota Makassar 2024 agar mampu memperjuangkan kesejahteraan buruh, masyarakat kecil, petani diperkotaan, perempuan, kelompok rentan, disabilitas dan kaum miskin kota yang ada di Makassar.

“Selain itu, calon walikota dan wakil walikota makassar diharapkan dapat menciptakan program-program yang pro-rakyat, khususnya yang menyasar buruh dan masyarakat kecil, sebagai bagian dari komitmen untuk membangun Kota Makassar yang lebih sejahtera dan adil”, tutur Tono. (*)

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Politics

Catatan Redaksi: Janji Politik: Dari Harapan Menuju Kenyataan

Published

on

Kitasulsel—Makassar—Janji politik selalu menjadi magnet utama dalam setiap kontestasi pemilihan kepala daerah. Masyarakat menaruh harapan besar pada sederet program kerja yang ditawarkan, karena dari situlah terbit secercah keyakinan akan perubahan. Namun, di balik gegap gempita kampanye dan pidato politik, ada realitas yang kerap luput dipahami: tidak semua janji bisa langsung diwujudkan begitu seorang pemimpin dilantik.

Butuh waktu, proses, serta kedewasaan dalam menyikapinya. Penyelarasan antara janji politik dengan kekuatan anggaran daerah bukan perkara sederhana. Program kerja yang telah tertuang dalam dokumen perencanaan membutuhkan sinkronisasi dengan postur anggaran, mekanisme regulasi, hingga prioritas pembangunan yang disepakati bersama. Walau terkesan lambat, pada dasarnya roda implementasi tetap bergerak, dan janji politik perlahan menemukan jalannya untuk terealisasi.

BACA JUGA  Terus Bergerak, Amri Arsyid Yakinkan Warga Antang Program Bantuan Modal Usaha 10 juta

Sebagian masyarakat kerap menilai janji politik sebagai sesuatu yang seharusnya segera terwujud begitu jabatan diemban. Padahal, dalam praktik pemerintahan, tidak ada kebijakan yang bisa berdiri sendiri tanpa mempertimbangkan aspek keuangan daerah. Keinginan mempercepat realisasi harus berhadapan dengan aturan, tata kelola, serta skema pembiayaan yang terbatas.

Sesungguhnya, tidak ada kepala daerah yang tidak ingin janji politiknya segera terwujud. Semua pemimpin tentu ingin meninggalkan jejak nyata di tengah masyarakat. Namun, kendala sering kali hadir dari kebijakan internal pemerintahan itu sendiri: mulai dari proses perencanaan anggaran, koordinasi antar-lembaga, hingga keterbatasan fiskal. Di sinilah pentingnya kedewasaan publik dalam memandang dinamika politik dan pembangunan.

Hal yang perlu digarisbawahi adalah, penyelarasan antara program kerja dengan kemampuan anggaran tidak boleh dilakukan secara terburu-buru. Sebab, tergesa-gesa dalam memenuhi janji justru berisiko menimbulkan pelanggaran pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas dan transparansi menjadi fondasi penting agar realisasi program benar-benar berdampak positif, bukan sekadar mengejar pencitraan.

BACA JUGA  Ribuan Warga Tallo Hadiri Sosialisasi Seto – Rezky, Keluhkan Masalah Air Bersih

Pada akhirnya, janji politik bukan sekadar kata-kata manis di masa kampanye, melainkan amanah yang membutuhkan perjalanan panjang. Di dalamnya ada proses belajar, kesabaran, dan kesungguhan. Bagi masyarakat, memahami bahwa perubahan tidak bisa terjadi dalam sekejap adalah bentuk kedewasaan politik. Bagi kepala daerah, menepati janji dengan penuh tanggung jawab adalah wujud integritas yang sesungguhnya.

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel