Kementrian Agama RI
Menag Resmikan 12 Gedung SBSN di Kemenag ProvinsiBali

Kitasulsel–BALI Menteri Agama Nasaruddin Umar meresmikan 12 gedung yang dibangun dengan skema pembiayaan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Tahun 2024 di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali. Peresmian dilakukan di gedung Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenag Bali.
Menag mengapresiasi prestasi Kanwil Kemenag Bali yang dikenal sebagai percontohan terbaik di Indonesia. “Bali tampil sebagai Kanwil teladan di seluruh Indonesia. Seandainya seluruh Kanwil seperti di Bali ini, saya yakin Indonesia akan tampil cerah dan mencerahkan,” katanya, Sabtu (14/12/2024).

Menag berharap keberadaan 12 gedung SBSN ini akan semakin meningkatkan kualitas pelayanan dan menjadi inspirasi bagi wilayah lain di Indonesia.
“Belum ada gedung ini saja, Bali sudah luar biasa. Apalagi setelah diresmikan dan digunakan, pasti akan dua kali lipat lebih baik. Saya mohon kepada teman-teman semua, terus pertahankan prestasi Bali,” imbuh Menag.

Ia juga menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai kebersihan birokrasi, kedamaian, dan toleransi yang telah menjadi ciri khas Bali.
“Kalau ingin melihat Bhinneka Tunggal Ika, datanglah ke Bali. Bali adalah referensi untuk kebersihan birokrasi, kedamaian, toleransi, dan hubungan silaturahim antar sesama,” tutupnya.
Mewakili Kepala Kanwil Kemenag Bali Komang Sri Marheni, Kabag TU Kanwil Kemenag Bali Syarif Hidayatullah menyampaikan rasa syukur atas peresmian ini.
“Kehadiran Bapak menjadi tanda dimulainya babak baru bagi pelayanan yang lebih baik di Kanwil Kemenag Bali,” ujar Syarif.
Ia menambahkan, keberadaan gedung SBSN ini diharapkan dapat memperkuat kapasitas pelayanan. “Semoga apa yang kita resmikan hari ini membawa manfaat besar bagi umat dan bangsa, serta menjadi amal kebaikan bagi kita semua,” tambahnya.
Peresmian ini turut dihadiri jajaran Kepala Kantor Kemenag Kabupaten/Kota se-Provinsi Bali, yang semakin memperkuat semangat kerja sama dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Adapun 12 gedung yang diresmikan adalah sebagai berikut:
1. Gedung Unpenkom Kanwil Kemenag Bali
2. PLHUT Kemenag Bangli
3. Balai Nikah dan Manasik Haji Kecamatan Denpasar Barat
4. Lab dan Perpustakaan Terpadu MTsN 2 Jembrana
5. Gedung Ruang Kelas Baru MAN 3 Jembrana
6. Lab dan Perpustakaan MAN Karangasem
7. Lab dan Perpustakaan MAN Buleleng
8. Gedung Ruang Kelas Baru MTsN 1 Buleleng
9. Gedung Ruang Kelas Baru MTsN 4 Jembrana
10. Gedung Ruang Kelas Baru MIN 1 Karangasem
11. Gedung Ruang Kelas Baru MIN 1 Jembrana
12. Gedung Ruang Kelas Baru MIN 3 Jembrana. (*)
Kementrian Agama RI
Nilai Kehormatan Jadi Alasan Merantau, Menag RI Ungkap 4 Filosofi Siri’ Bugis-Makassar

Kitasulsel—MAKASSAR — Nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat Bugis-Makassar terbukti menjadi pendorong utama lahirnya semangat merantau. Hal ini disampaikan langsung oleh Imam Besar Masjid Istiqlal sekaligus Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. KH. Nasaruddin Umar, dalam Musyawarah Besar (Mubes) XII Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) yang digelar di Hotel Four Points by Sheraton, Makassar, Kamis (10/4/2025).
Dalam forum yang dihadiri ratusan tokoh dan perantau asal Sulawesi Selatan itu, Prof. Nasaruddin mengurai secara mendalam empat alasan filosofis yang menjadi latar belakang migrasi masyarakat Bugis-Makassar. Semua alasan tersebut bermuara pada satu nilai utama: siri’—harga diri.

“Perantauan orang Bugis-Makassar bukan semata-mata karena faktor ekonomi atau petualangan, tetapi lebih dalam dari itu—karena kehormatan dan tanggung jawab sosial,” ungkapnya.
Ia menjelaskan empat bentuk siri’ yang mendorong seseorang untuk merantau. Pertama, Siri’ Masiri, yakni keinginan menjaga atau meningkatkan martabat pribadi maupun keluarga. Menurutnya, ini adalah bentuk migrasi yang paling mulia.

Kedua, Siri’ Ripakasiri, terjadi saat seseorang merasa martabatnya direndahkan atau keluarganya dilecehkan. Dalam kondisi ini, merantau menjadi pilihan untuk menyelamatkan harga diri.
Ketiga, Pura Siri’, menggambarkan kehilangan legitimasi sosial karena melanggar kepercayaan masyarakat. Prof. Nasaruddin mengisahkan contoh legendaris Raja Soppeng yang memilih mundur karena kehilangan siri’ setelah tidak jujur dalam menemukan harta di sawah, yang kemudian berdampak pada gagal panen dua tahun berturut-turut.
Terakhir, Mate Siri’ atau Massipa Asu, merupakan titik terendah dalam martabat Bugis-Makassar, di mana seseorang dianggap tidak memiliki kehormatan lagi.
Namun demikian, Prof. Nasaruddin menekankan pentingnya penyaringan nilai-nilai budaya. Tidak semua bentuk siri’ harus dijunjung. Ia mengingatkan agar masyarakat hanya mempertahankan nilai-nilai yang sejalan dengan ajaran Islam dan kemanusiaan.
“Siri-siri yang kontradiktif dengan ajaran Islam jangan dipertahankan. Tetapi siri’ yang mendukung nasionalisme atau mengangkat martabat kita, itu yang perlu dipertahankan,” tegasnya.
Pemaparan Prof. Nasaruddin menjadi salah satu momen reflektif yang paling dalam dalam Mubes KKSS tahun ini. Ia mengajak masyarakat Bugis-Makassar untuk menggali dan memahami akar budayanya dengan bijak, lalu mewariskannya dalam semangat yang lebih Islami, nasionalis, dan progresif. (*)
-
Politics6 bulan ago
Indo Barometer:Isrullah Ahmad -Usman Sadik Pepet Budiman-Akbar,IBAS-Puspa Tak Terkejar
-
2 tahun ago
Informasi Tidak Berimbang,Dewan Pengurus KKS Kairo Mesir Keluarkan Rilis Kronologi Kejadian di Mesir
-
9 bulan ago
Tangis Haru Warnai Pelepasan Status ASN Hj Puspawati Husler”Tetaplah Kuat Kami Bersamamu”
-
1 tahun ago
Pj Gubernur Bahtiar Paparkan Rencana Pembangunan Sulsel di Depan Presiden Jokowi
-
1 tahun ago
IBAS Is Back: Siap Maju di Kontestasi Pilkada Luwu Timur
-
2 tahun ago
Video Menolak Berjabat Tangan Dengan Seorang Warga Viral ,Ketua DPRD Luwu Timur Dinilai Tidak Mencerminkan Diri Sebagai Wakil Rakyat
-
11 bulan ago
Duet Birokrat dan Legislatif, NasDem Usung Syahar-Kanaah di Pilkada Sidrap
-
2 tahun ago
Dari Kotamobagu, BMR Anies Bertekat Menangkan Anies Baswedan*
You must be logged in to post a comment Login