Kementrian Agama RI
Lantik 18 Eselon II, Menag Berpesan tentang Keikhlasan dan Sinergi

Kitasulsel–JAKARTA Menteri Agama Nasaruddin Umar hari ini melantik 18 pejabat setingkat Eselon II. Menag memberi pesan khusus tentang pentingnya keikhlasan dan sinergi dalam mengemban amanah.
Tampil sebagai saksi, Sekretaris Jenderal Muhammad Ali Ramdhani dan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag Suyitno. Tampak hadir juga, para pejabat eselon I, Staf Khusus dan Tenaga Ahli Menteri Agama.

“Seperti kita tahu, rotasi kepemimpinan di dalam setiap instansi adalah merupakan satu hal yang wajar, dan itu nanti akan menambah perbendaharaan pengalaman hidup kita,” ujar Menag di Jakarta, Selasa (24/12/2024).
Ia mengingatkan bahwa setiap perubahan harus diterima dengan ikhlas, baik dalam suka maupun duka. “Boleh jadi menurut kita itu adalah baik, tapi sesungguhnya di mata Tuhan itu belum tentu baik, dan sebaliknya. Oleh karena itu, sebagai umat beragama, kita perlu menjalani kehidupan ini sesuai dengan ikhtiar dan hasil ikhtiar itu sendiri,” katanya.

“Apapun jabatan yang diberikan kepada saudara-saudara sekalian, saya mohon terimalah dengan penuh ketulusan. Percayalah bahwa sejarah kita nanti akan berbicara lain kalau kita mampu menampilkan yang terbaik dari diri kita sendiri untuk Kementerian Agama,” tambahnya.
Menag juga menyampaikan perlunya kerja sama yang lebih erat antarunit di Kementerian Agama, termasuk dengan perguruan tinggi.
“Kami sungguh sangat yakin kalau ini kita sinergikan kekuatan ini, maka Kementerian Agama nanti akan datang akan mampu membangun bukan lagi bukit tetapi gunung,” tambahnya.
Ia juga menyoroti pentingnya badan baru di Kementerian Agama, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Moderasi Beragama.
“Badan ini adalah sebuah lembaga baru yang diharapkan bisa menghadapi tantangan zaman yang sedemikian kompleks. Siapa pun yang memimpin badan ini tentu adalah orang-orang yang punya kapasitas dan kemampuan khusus,” tegasnya.
Berikut 18 Pejabat Eselon II yang dilantik:
1. Dr. H. Saiful Mujab, M.A., menjadi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah;
2. H. Arsad Hidayat, Lc., M.A., menjadi Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama;
3. H. Subhan Cholid, Lc., M.A., menjadi Sekretaris Badan Amil Zakat Nasional Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama;
4. Dr. H. Muchlis Muhammad Hanafi, Lc., M.A., menjadi Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama;
5. Dr. Drs. H. Jaja Jaelani, M.M., menjadi Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Bimbingan Masyarakat Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama;
6. H. M. Arfi Hatim, M.Ag., menjadi Sekretaris Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama;
7. H. Nugraha Stiawan, S.Sos.I., M.Ak., CGCAE., menjadi Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama;
8. Dr. H. Ali Yafid, S.Ag., M.Pd.I., menjadi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan;
9. Prof. Dr. M. Arskal Salim GP., M.Ag., menjadi Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama;
10. Prof. Dr. H. Moh. Isom, M.Ag., menjadi Inspektur IV Inspektorat Jenderal Kementerian Agama;
11. Abdul Rouf, S.Fil.I., M.Kesos., menjadi Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Sekretariat Jenderal Kementerian Agama;
12. Prof. Dr. Nyayu Khodijah, S.Ag., M.Si., menjadi Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama;
13. Muchamad Sidik Sisdiyanto, S.Ag., menjadi Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama;
14. Dr. H. Musta’in Ahmad, S.H., M.H., menjadi Direktur Bina Haji Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama;
15. Dr. Muhtar Hazawawi, M.Ag., menjadi Kepala Biro Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang;
16. H. Khairunas, S.H., M.H., menjadi Inspektur I Inspektorat Jenderal Kementerian Agama;
17. Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag., Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama;
18. Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A., menjadi Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama. (*)
Kementrian Agama RI
Nilai Kehormatan Jadi Alasan Merantau, Menag RI Ungkap 4 Filosofi Siri’ Bugis-Makassar

Kitasulsel—MAKASSAR — Nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat Bugis-Makassar terbukti menjadi pendorong utama lahirnya semangat merantau. Hal ini disampaikan langsung oleh Imam Besar Masjid Istiqlal sekaligus Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. KH. Nasaruddin Umar, dalam Musyawarah Besar (Mubes) XII Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) yang digelar di Hotel Four Points by Sheraton, Makassar, Kamis (10/4/2025).
Dalam forum yang dihadiri ratusan tokoh dan perantau asal Sulawesi Selatan itu, Prof. Nasaruddin mengurai secara mendalam empat alasan filosofis yang menjadi latar belakang migrasi masyarakat Bugis-Makassar. Semua alasan tersebut bermuara pada satu nilai utama: siri’—harga diri.

“Perantauan orang Bugis-Makassar bukan semata-mata karena faktor ekonomi atau petualangan, tetapi lebih dalam dari itu—karena kehormatan dan tanggung jawab sosial,” ungkapnya.
Ia menjelaskan empat bentuk siri’ yang mendorong seseorang untuk merantau. Pertama, Siri’ Masiri, yakni keinginan menjaga atau meningkatkan martabat pribadi maupun keluarga. Menurutnya, ini adalah bentuk migrasi yang paling mulia.

Kedua, Siri’ Ripakasiri, terjadi saat seseorang merasa martabatnya direndahkan atau keluarganya dilecehkan. Dalam kondisi ini, merantau menjadi pilihan untuk menyelamatkan harga diri.
Ketiga, Pura Siri’, menggambarkan kehilangan legitimasi sosial karena melanggar kepercayaan masyarakat. Prof. Nasaruddin mengisahkan contoh legendaris Raja Soppeng yang memilih mundur karena kehilangan siri’ setelah tidak jujur dalam menemukan harta di sawah, yang kemudian berdampak pada gagal panen dua tahun berturut-turut.
Terakhir, Mate Siri’ atau Massipa Asu, merupakan titik terendah dalam martabat Bugis-Makassar, di mana seseorang dianggap tidak memiliki kehormatan lagi.
Namun demikian, Prof. Nasaruddin menekankan pentingnya penyaringan nilai-nilai budaya. Tidak semua bentuk siri’ harus dijunjung. Ia mengingatkan agar masyarakat hanya mempertahankan nilai-nilai yang sejalan dengan ajaran Islam dan kemanusiaan.
“Siri-siri yang kontradiktif dengan ajaran Islam jangan dipertahankan. Tetapi siri’ yang mendukung nasionalisme atau mengangkat martabat kita, itu yang perlu dipertahankan,” tegasnya.
Pemaparan Prof. Nasaruddin menjadi salah satu momen reflektif yang paling dalam dalam Mubes KKSS tahun ini. Ia mengajak masyarakat Bugis-Makassar untuk menggali dan memahami akar budayanya dengan bijak, lalu mewariskannya dalam semangat yang lebih Islami, nasionalis, dan progresif. (*)
-
Politics6 bulan ago
Indo Barometer:Isrullah Ahmad -Usman Sadik Pepet Budiman-Akbar,IBAS-Puspa Tak Terkejar
-
2 tahun ago
Informasi Tidak Berimbang,Dewan Pengurus KKS Kairo Mesir Keluarkan Rilis Kronologi Kejadian di Mesir
-
9 bulan ago
Tangis Haru Warnai Pelepasan Status ASN Hj Puspawati Husler”Tetaplah Kuat Kami Bersamamu”
-
1 tahun ago
Pj Gubernur Bahtiar Paparkan Rencana Pembangunan Sulsel di Depan Presiden Jokowi
-
1 tahun ago
IBAS Is Back: Siap Maju di Kontestasi Pilkada Luwu Timur
-
2 tahun ago
Video Menolak Berjabat Tangan Dengan Seorang Warga Viral ,Ketua DPRD Luwu Timur Dinilai Tidak Mencerminkan Diri Sebagai Wakil Rakyat
-
11 bulan ago
Duet Birokrat dan Legislatif, NasDem Usung Syahar-Kanaah di Pilkada Sidrap
-
2 tahun ago
Dari Kotamobagu, BMR Anies Bertekat Menangkan Anies Baswedan*
You must be logged in to post a comment Login