Connect with us

LIPUTAN HAJI 2025

Imbauan untuk Jamaah Lansia dan Kurang Sehat: Salat Jumat Disarankan di Masjid Sekitar Hotel

Published

on

KITASULSEL—MAKKAH – Jamaah haji Indonesia dengan kategori lanjut usia (lansia) dan yang memiliki kondisi kesehatan kurang prima diimbau untuk melaksanakan Salat Jumat di masjid-masjid sekitar hotel. Imbauan ini dikeluarkan menyusul penghentian sementara operasional bus shalawat yang mengantar jamaah ke Masjidil Haram pada Jumat pagi.

Kepala Seksi Transportasi Daerah Kerja (Daker) Makkah, Syarif Rahman, menjelaskan bahwa layanan bus shalawat akan berhenti beroperasi mulai pukul 09.00 waktu Arab Saudi (WAS) pada hari Jumat. Penghentian ini merupakan bagian dari pengaturan lalu lintas oleh otoritas Arab Saudi untuk mengurangi kemacetan di sekitar Masjidil Haram.

“Kami mengimbau jamaah lansia maupun jamaah yang baru tiba di Makkah agar tidak memaksakan diri ke Masjidil Haram untuk Salat Jumat. Mengingat bus shalawat berhenti beroperasi pukul 09.00 pagi,” ujar Syarif di Makkah, Kamis (22/5/2025) malam.

BACA JUGA  393 Jemaah Haji Terbang Perdana, Dirjen PHU: Dahulukan Amalan Wajib Sebelum Sunah

Ia menambahkan, jamaah yang tetap ingin melaksanakan Salat Jumat di Masjidil Haram sebaiknya berangkat lebih awal, paling lambat pukul 07.00 pagi, agar tidak terjebak kemacetan dan tetap mendapatkan akses menuju masjid.

Setelah Salat Jumat, layanan bus akan kembali beroperasi mulai pukul 14.00 siang. Jamaah diminta untuk kembali ke terminal antara pukul 14.00 hingga 15.00 agar tidak terjadi penumpukan di pintu keluar maupun terminal.

Saat ini, sebanyak 115 ribu jamaah haji Indonesia telah berada di Kota Makkah. Mereka tersebar di 205 hotel, yang masing-masing terkoneksi dengan halte bus shalawat dalam jarak maksimal 150 meter. Layanan ini dilengkapi dengan 92 halte dan mencakup 27 rute yang dibagi ke empat wilayah utama: Syisah, Raudhah, Jarwal, dan Misfalah. Wilayah-wilayah ini terhubung ke tiga terminal utama: Shib Amir, Jiyad, dan Jabal Kakbah.

BACA JUGA  Dr. Bunyamin M. Yapid Pantau Kesiapan Tenaga Kesehatan di Makkah, Pastikan Layanan Optimal untuk Jamaah Haji

Sesuai kebijakan pemerintah Arab Saudi, operasional bus shalawat akan dihentikan total pada 5 Zulhijjah menjelang puncak ibadah haji, dan akan kembali beroperasi setelah 14 Zulhijjah. Selama masa penghentian, hanya jamaah umrah wajib yang akan tetap dilayani.

Petugas haji berharap jamaah memahami dan mematuhi aturan ini demi kelancaran ibadah serta kenyamanan bersama. Jamaah juga diimbau untuk selalu memperhatikan jadwal dan pengumuman resmi terkait transportasi selama berada di Makkah.

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

LIPUTAN HAJI 2025

Dari Balik Bravo, Suara Penjaga Alur Perjalanan Suci Jemaah Haji

Published

on

Kitasulsel–MADINAH Di tengah gegap gempita Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz, Madinah, suara-suara bersahutan dalam berbagai bahasa. Tapi ada satu suara yang tak pernah terdengar oleh jemaah—suara yang melintas di frekuensi internal, tak kasat mata tapi begitu menentukan.

Suara itu keluar dari perangkat kecil bernama bravo, alat komunikasi genggam yang jadi urat nadi pergerakan jemaah haji Indonesia.

Di balik saluran itu, ada sosok bernama Kholis Tomin. Nama yang mungkin tak pernah dikenal jemaah, tapi kehadirannya nyaris tak pernah absen sejak jemaah menginjakkan kaki di tanah suci hingga kembali ke Tanah Air. Ia adalah suara yang menjaga alur perjalanan jutaan jiwa.

“Saya bukan siapa-siapa,” katanya pelan, sembari menggenggam erat bravo di tangannya. “Tapi selama jemaah bisa sampai dengan selamat, saya merasa cukup,” imbuhnya.

Kholis bukan wajah baru dalam pelayanan haji. Mukimin asal Madura ini telah mengabdi sejak tahun 2002. Dua puluh tahun lebih ia menapaki berbagai peran: perawat lansia, penghubung antar sektor, pemandi jenazah, hingga kini menjadi pengendali komunikasi jemaah melalui perangkat bravo. Setiap peran ia jalani bukan sekadar karena tugas, tapi panggilan hati.

Dari balik bravo, suara Kholis mengalir tenang namun tegas. “Rombongan embarkasi SUB sudah tiba. Bus standby, siap bongkar. Petugas siap sambut,” begitu biasanya ia memulai koordinasi.

BACA JUGA  Dari Balik Bravo, Suara Penjaga Alur Perjalanan Suci Jemaah Haji

Tak ada sorotan kamera yang merekam. Tak ada tepuk tangan yang menyambut. Tapi di sudut-sudut bandara Arab Saudi, baik di Jeddah maupun Madinah, suara Kholis jadi sinyal dimulainya rangkaian pelayanan: penjemputan, distribusi bus, pengamanan jalur, hingga respons cepat saat terjadi keterlambatan atau kendala cuaca.

Ia tahu, di balik setiap kalimat yang ia ucapkan, ada ribuan lansia yang menunggu kepastian. Ada harapan dalam tiap detik.

Maka setiap kata ia ucapkan dengan tanggung jawab penuh. “Karena saya yakin, suara ini akan dicatat juga di langit,” ucapnya sambil menatap langit Madinah yang mulai menghangat.

Kholis bukan satu-satunya suara dari balik bravo di Daerah Kerja Bandara. Ada juga Iwan Bonex, sosok jangkung yang telah 17 tahun menjadi bagian dari pelayanan haji Indonesia.

ASN Kementerian Agama ini dikenal memiliki koneksi yang baik dengan pihak maskapai—kemampuan yang membuatnya kembali dipercaya menjadi Tim Bravo Daker Bandara 2025, sekaligus menjalankan fungsi pelayanan pemulangan jemaah.

“Semua hal yang kita laporkan melalui bravo ini harus detail. Ini akan berdampak pada setiap fase pergerakan jemaah,” tutur Iwan.

BACA JUGA  UPG 01 Buka Fase Pemulangan Jemaah, PPIH Ingatkan Ketentuan Barang Bawaan

Ada juga Sadiri Sadimum Paki, mukimin asal Madura yang menetap di Arab Saudi sejak 2007. Ia mulai bergabung dalam tim bravo sejak 2015. Pria beranak tiga ini menyebut peran sebagai Tim Bravo bukan sekadar kebanggaan, tapi tanggung jawab yang melekat pada keakuratan informasi.

“Data kami jadi rujukan utama. Mulai dari jemaah sakit, tanazul, jumlah jemaah yang masuk dan keluar bandara. Kalau salah, bisa kacau pelayanan,” ujarnya.

Bagi Sadiri, kesuksesan pelayanan haji adalah hasil sinergi. “Kami bukan siapa-siapa tanpa data dari Mabes (pusat kendali pergerakan dari Kantor Urusan Haji atau KUH), dari sektor di Makkah atau Madinah, serta dari Tim Bravo lain. Ini kerja kolektif. Dan semua harus akurat,” tambahnya.

Di sisi lain bandara, ada suara baru yang tak kalah sigap. Mayor Laut Andi Irawan, perwira TNI Angkatan Laut, untuk pertama kalinya dipercaya menjadi bagian dari Tim Bravo PPIH Arab Saudi. Meski baru pertama kali terlibat dalam pelayanan haji, ia cepat menyesuaikan diri.

“Di kesatuan, saya sudah terbiasa pakai HT. Bahasa-bahasa teknis di bravo sudah akrab. Jadi tinggal pindah medan,” kata suami dari Wilco Ikada, ayah dari tiga anak ini.

BACA JUGA  131.200 Jemaah Haji Indonesia Sudah Terima Kartu Nusuk

Tak hanya menangani koordinasi melalui bravo. Di Daker Bandara, Andi juga dikenal sebagai petugas perlindungan jemaah (linjam) yang kerap menggendong jemaah-jemaah lansia yang kelelahan.

“Itu jadi pengalaman paling berharga. Saya merasa, inilah esensi tugas kami—membuat jemaah merasa aman, nyaman, dan dihormati,” kata Andi dengan suara tercekat.

Dari balik bravo, suara-suara ini tidak pernah muncul di berita utama. Mereka bukan narasumber di konferensi pers, bukan pula sosok yang menghiasi laporan akhir tahun. Tapi justru dari balik senyap itulah, mereka mengatur ribuan langkah kaki dalam satu irama pelayanan.

Tak butuh tepuk tangan. Tak berharap nama disebut. Mereka hanya ingin satu hal: melihat jemaah tiba di tempat tujuan dengan selamat, menjalani ibadah dengan tenang, dan pulang ke tanah air dalam keadaan utuh.

Di antara deru mesin pesawat dan gegap logistik bandara, suara mereka mengalir seperti doa yang disampaikan lewat gelombang udara—doa yang tak terdengar, tapi mungkin paling tulus.

Mereka adalah penjaga sunyi perjalanan suci. Dari balik bravo, suara mereka menyatukan langkah, merajut pelayanan, dan menjadi bagian dari keberkahan haji Indonesia. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel