Connect with us

Pesantren As’adiyah Siapkan Lahan 100 Hektare untuk Pertanian dan Peternakan, Dukung Program Ketahanan Pangan

Published

on

Kitasulsel—Wajo—Pesantren As’adiyah Sengkang menyiapkan lahan 100 hektare khusus untuk pertanian dan peternakan. Sektor pertanian akan ditanami pisang cavendish, pisang jenis lannya dan nenas. Sementara untuk peternakan sendiri akan dikembangkan sapi dan kerbau. Ini sebagai upaya untuk ketahanan di Sulawesi-Selatan.

Hal tersebut di sampaikan langsung, Ketua Umum Pengurus Pusat Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang, Imam Besar Masjid Istiqlal Anre Gurutta (AG) Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, usia menanam pisang cavendish, cabe dan nanas di lahan milik pesantren As’diayah Sengkang di Desa Loa, Kecamatan Tana Sitolo, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan,Minggu 05/11/2023.

“Anda lihat hamparan ini sampir 100 hektare. Insya Allah, tiga bulan ke depan anda akan melihat wajah 100 hektare ini akan menjadi hijau,” tutur Prof Nasaruddin Umar, Jumat (3/10/2023) sore.

Ia menyampaikan, terima kasih kepada Pj Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin atas perhatiannya kepada dunia pertanian, peternakan dan secara khusus kepada pondok pesantren As’diayah Sengkang.

“Kami berterima kasih kepada pak Pj Gubernur memberikan perhatian yang sangat istimewa terhadap pesantren kita,” ungkapnya.

Menurut Iman Besar Masjid Istiqlal Jakarta itu, kehadiran Pj Gubernur Sulsel di Pesantren As’diayah sangat luar biasa. Karena, hamparan lahan di sekitar pondok pesantren akan dihijaukan dengan tanaman pisang cavendish dan nanas.

“Kehadiran Pak Gubernur di sini luar biasa, karena di sini akan dihijaukan dengan pisang dengan cabe dan nanas dan juga akan menyusul peternakan. Dan kalau ini terlaksana, maka kita akan menjadi pesantren di Indonesia Timur yang bisa komprehensif, di samping ada ilmu teoritis juga ada ilmu taktisnya,” urainya.

Ia juga menyampaikan terima kasih atas Bupati Wajo, Amran Mahmud dan anggota DPRD Sulsel, Andi Ansari Mangkona dan Henny Latif yang ikut menguatkan program-program Pj Gubernur Sulsel.

Baca Juga  Gubernur Sulsel Letakkan Batu Pertama Pembangunan Masjid Uwais Al-Qarni Palopo

“Terima kasih yang kita muliakan bapak Gubernur, bapak Bupati Wajo, anggota DPRD Sulsel yang kami hormati,” ucapnya.

Sementara itu, Pj Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin mengaku, kehadiran dirinya di Kabupaten Wajo ini selain menanam pisang, nanas dan cabe. Juga melakukan panen raya cabe di Desa Loa, Kacamatan Tana Sitolo, Kabupaten Wajo.

“Jadi kami sama-sama hadir disini. Jadi rangkaian kegiatan satu ke pesantren As’diayah pesantren terbesar di Indonesia Timur sejak tahun 1930. Di pesantren itu juga kami akan dukung kawasan peternakan dan pertanian terutama budidaya pisang, terus mungkin nangka, nanas dan lain-lainnya,” pungkasnya.

Hadir pada acara tersebut, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemprov Sulsel, OPD lingkup Pemkab Wajo, dan anggota DPRD Sulsel.(*)

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Tentang Bantuan Pesantren dan Rumah Ibadah, Menag Tekankan Validasi Data dan Standarisasi

Published

on

Kitasulsel–JAKARTA Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan pentingnya langkah terpadu antara pusat dan daerah dalam mewujudkan kesejahteraan pesantren dan rumah ibadah di seluruh Indonesia. Penegasan tersebut disampaikan dalam rapat internal rutin Kementerian Agama di Kantor Pusat Kemenag, Jakarta, Selasa (14/10/2025).

Menag menggarisbawahi bahwa pengelolaan data dan validasi informasi lapangan menjadi kunci utama dalam perencanaan kebijakan dan penyaluran bantuan. Ia mencontohkan penanganan terhadap Pondok Pesantren Al Khoziny yang baru-baru ini mengalami musibah.

“Untuk Pondok Pesantren Al Khoziny, pastikan datanya benar terkait jumlah korban. Data yang akurat akan menjadi dasar kuat dalam menentukan langkah penanganan dan pemberian bantuan yang tepat sasaran,” tegas Menag.

Menag juga menekankan pentingnya pemetaan kondisi gedung pesantren dan rumah ibadah di seluruh wilayah Indonesia. Menurutnya, langkah ini merupakan tanggung jawab bersama seluruh jajaran Kementerian Agama, tanpa memandang latar belakang sosial, agama, maupun status lembaga pendidikan keagamaan tersebut.

“Mengidentifikasi pesantren dan rumah ibadah yang rawan adalah tugas kita semua, tanpa memandang latar belakang status sosial dan agama. Kita harus menggerakkan para penyuluh agama untuk aktif turun ke lapangan. Mereka bisa menjadi garda terdepan dalam mengumpulkan informasi dan melakukan pembinaan langsung,” ujarnya.

Selain itu, Kementerian Agama akan melakukan pemetaan kondisi bangunan pesantren dan rumah ibadah, meliputi kategori layak, rusak ringan, hingga rusak berat. Upaya ini dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan seluruh satuan kerja (satker) dan pengelola rumah ibadah.

“Untuk mendeteksi kondisi bangunan pesantren dan rumah ibadah, perlu keterlibatan semua satker, termasuk pengurus rumah ibadah. Jangan sampai kita terlambat mengambil langkah karena lemahnya data di lapangan,” imbuh Menag.

Dalam kesempatan tersebut, Menag juga menekankan pentingnya kepatuhan terhadap standar formal dalam pengajuan bantuan dan renovasi bangunan pesantren dan rumah ibadah. Menurutnya, setiap pembangunan harus melalui mekanisme yang sesuai aturan agar terjamin kelayakan dan keberlanjutannya.

“Syarat untuk menerima bantuan maupun renovasi harus memenuhi standar formal seperti AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) dan PBG (Persetujuan Bangunan Gedung). Ini penting agar pembangunan pesantren dan rumah ibadah tidak menimbulkan dampak negatif di kemudian hari, baik bagi lingkungan maupun keselamatan santri,” jelasnya.

Menag menambahkan bahwa perhatian terhadap pesantren dan rumah ibadah bukan sekadar tanggung jawab struktural, tetapi juga moral dan spiritual. Pesantren merupakan pilar penting pembinaan umat, sekaligus benteng moral bangsa dalam menjaga nilai-nilai keislaman yang damai dan moderat.

Ia menekankan bahwa kesejahteraan lembaga keagamaan akan berdampak langsung terhadap kualitas pembelajaran dan pembinaan umat.

“Kesejahteraan pesantren dan rumah ibadah bukan hanya soal fisik bangunan, tapi juga tentang memastikan bahwa lembaga keagamaan menjadi tempat yang aman, nyaman, dan layak bagi santri, pengajar, maupun jamaah,” ujar Menag.

Rapat yang dihadiri oleh pejabat eselon I dan II Kementerian Agama itu juga membahas tindak lanjut berbagai kebijakan terkait bantuan sosial keagamaan, program pembangunan rumah ibadah, serta penguatan data kelembagaan keagamaan di daerah.

Di akhir arahannya, Menag kembali menegaskan pentingnya sinergi lintas unit kerja dan konsistensi dalam melaksanakan setiap program.

“Kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Semua unit kerja harus terlibat aktif, saling berkoordinasi, dan memastikan bahwa kebijakan Kementerian Agama benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat,” pungkasnya. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel