Connect with us

Wali Kota Danny Pomanto Dorong Suksesnya Perayaan Jappa Jokka Cap Go Meh 2024

Published

on

Kitasulsel—Makassar—Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto mendorong suksesnya perayaan Jappa Jokka Cap Go Meh 2024.

Dia setuju dengan panitia penyelenggara lantaran mengangkat isu lingkungan sebagai bagian rangkaian kemeriahan Imlek 2024.

Apalagi dalam pekan pertama tahun ini, dirinya mengunjungi seluruh kecamatan untuk menekankan perihal kebersihan Kota Makassar.

“Kota Makassar harus berbasis masyarakat yang bersih. Bukan berbasis petugas kebersihan,” kata Danny Pomanto sapaan akrabnya pada sela-sela menerima audiensi Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Makassar di Balai Kota, Kamis, (25/01/2024).

Diketahui, Permabudhi Cabang Makassar bakal menggelar dua agenda Jappa Jokka Cap Go Meh yakni Festival Kuliner dan Budaya di Jalan Sulawesi serta menggandeng anak sekolah dalam tema lingkungan di Mall Pipo.

Permabudhi mengangkat tema pendidikan dengan mengajak generasi muda mengikuti senam ECO, menggalakkan makan tanpa sisa dan isu ramah lingkungan lainnya.

Dia katakan, kesadaran terhadap kebersihan lingkungan harus terus didorong.

Termasuk dirinya sudah menerbitkan larangan penggunaan plastik di minimarket dan swalayan di Makassar.

“Berdayakan tas rotan, minimkan plastik. Artinya semangat hidup bersih menjadi penting,” ucapnya.

Pihaknya terus mendukung kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penguatan keimanan dan kebudayaan umat beragama di Makassar.

Menandakan bahwa Makassar adalah rumah bersama. Semua warga, semua budaya, etnis dan agama berjalan beriringan rukun, aman, dan damai. (*)

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Menag Jelaskan Pentingnya Pemimpin Punya Sudut Pandang Menyatukan, bukan Memisahkan

Published

on

Kitasulsel–SUMEDANG Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak para kepala daerah untuk mengedepankan pendekatan persatuan dan nilai-nilai agama dalam memimpin dan berkomunikasi dengan masyarakat.

Ajakan tersebut disampaikan Menag saat menjadi pembicara dalam Orientasi Kepemimpinan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Gelombang II yang digelar Kementerian Dalam Negeri di Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Sumedang, Kamis (26/6/2025).

Menag menyampaikan, bahwa agama adalah satu komponen penting dalam berkomunikasi dengan masyarakat Indonesia yang heterogen dan sangat plural. Untuk itu, pemimpin harus memiliki sudut pandang yang menyatukan, bukan memisahkan.

“Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat plural dan heterogen, sehingga kita harus menggunakan pendekatan sentripetal, yaitu pendekatan yang mencari titik tengah di antara banyaknya titik. Jangan menggunakan pendekatan sentrifugal yang cenderung membubarkan semua titik,” jelasnya di Balairung Rudini, Jatinangor.

Menurut Menag, pemimpin yang baik adalah yang bisa berkomunikasi dengan masyarakatnya hingga menyentuh hati mereka. Menag menjelaskan bahwa sebagai pengayom masyarakat, penting untuk menjaga komunikasi yang baik dan juga memikirkan apa yang perlu disampaikan kepada masyarakat dengan bijak.

“Segala sesuatu yang keluar dari hati yang terdalam akan sampai ke hati yang terdalam juga, jadi sebelum berkomunikasi kepada masyarakat agar melakukan pembatinan”, ungkapnya.

Menag juga menjelaskan bahwa di tengah masyarakat Indonesia yang seluruhnya menggunakan agama sebagai seragam (baju) dalam menjalani hidup, agama bisa menjadi senjata bermata dua yang bisa menguntungkan dan juga merugikan.

“Agama itu seperti Nuklir, jika digunakan dengan baik maka akan bermanfaat dalam kehidupan manusia. Selain itu, juga dapat menghancurkan kehidupan manusia.

Layaknya Nuklir, agama bisa menjadi perantara komunikasi yang baik kepada masyarakat. Sebaliknya, agama juga bisa menjadi hal yang memecah belah umat dan bangsa”, terangnya.

Dalam hal Moderasi Beragama, Menag menegaskan bahwa bukan syari’at agama yang diubah, melainkan cara kita beragama lah yang perlu diubah. “Moderasi Beragama bukan untuk mengubah agama yang tadinya tradisional menjadi modern, melainkan untuk mengubah cara kita beragama, tanpa mengubah teks di kitab suci kita”, tambahnya.

Di akhir pembicaraan, Menag menyampaikan nasihat penting kepada para Kepala Daerah, “Orientasi ini diadakan untuk mencerdaskan intelektual dan juga emosional.

Karena tugas kita selain mencerdaskan intelektual masyarakat, kita juga perlu mencerdaskan emosional nya, sehingga menciptakan lingkungan beragama yang harmonis”. Menurut Menag semua agama mengacu kepada satu tujuan, yaitu kemanusiaan.

Acara ini diikuti oleh 86 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, serta menghadirkan audiens dari Praja IPDN. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel