Connect with us

Rayakan Ulang Tahun Ke-60, Danny Pomanto Ungkap Kebahagiaan Didampingi Indira Yusuf Ismail

Published

on

Kitasulsel–Makassar— Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto, merayakan ulang tahunnya yang ke-60 didampingi istri tercintanya, Indira Yusuf Ismail di kediamannya, Jalan Amirullah, Selasa (30/01/2024).

Pada kesempatan istimewa ini, Danny Pomanto menyampaikan rasa terima kasih mendalam kepada istrinya. Beliau mengakui bahwa segala prestasi yang dicapainya tak akan terwujud tanpa dukungan dan dedikasi Indira.

Ia mengungkapkan bahwa keberhasilannya yang paling luar biasa adalah memperistri Indira, merasa bahwa itu adalah pencapaian tertingginya.

“Semua usaha tidak akan seperti ini tanpa dukungan istri tercinta, ibu Indira. Karena saya kira prestasi saya paling tinggi adalah bisa memperistri ibu Indira. Bagaimana bisa anak lorong odo anak Bau Massepe. Jadi itu prestasi saya paling tinggi,” ungkapnya di hadapan Indira.

Indira Yusuf Ismail juga turut berperan penting dalam perayaan tersebut. Sebagai istri, kehadirannya menjadi pilar kuat dalam kehidupan pribadi dan profesional sang wali kota.
Kebersamaan yang terjalin dalam keluarga Danny Pomanto menjadi cermin keharmonisan dan dukungan yang saling menguatkan.

Acara yang dihelat dengan sederhana ini menjadi wadah untuk bersyukur dan mengenang perjalanan hidupnya hingga mencapai usia matang. Keluarga dan kerabat pun turut merayakan kehidupan dan pencapaian Danny Pomanto dengan memberikannya hadiah, kue, ucapan dan pelukan hangat.

Acara tersebut mencerminkan karakter pribadi Danny Pomanto yang merayakan kehidupan dengan penuh rasa syukur. Sederhana namun bermakna, perayaan ulang tahun ini menjadi momen berbagi kebahagiaan dan inspirasi bagi warga Kota Makassar untuk menghargai nilai-nilai kekeluargaan dan kesederhanaan. (*)

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Menag Jelaskan Pentingnya Pemimpin Punya Sudut Pandang Menyatukan, bukan Memisahkan

Published

on

Kitasulsel–SUMEDANG Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak para kepala daerah untuk mengedepankan pendekatan persatuan dan nilai-nilai agama dalam memimpin dan berkomunikasi dengan masyarakat.

Ajakan tersebut disampaikan Menag saat menjadi pembicara dalam Orientasi Kepemimpinan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Gelombang II yang digelar Kementerian Dalam Negeri di Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Sumedang, Kamis (26/6/2025).

Menag menyampaikan, bahwa agama adalah satu komponen penting dalam berkomunikasi dengan masyarakat Indonesia yang heterogen dan sangat plural. Untuk itu, pemimpin harus memiliki sudut pandang yang menyatukan, bukan memisahkan.

“Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat plural dan heterogen, sehingga kita harus menggunakan pendekatan sentripetal, yaitu pendekatan yang mencari titik tengah di antara banyaknya titik. Jangan menggunakan pendekatan sentrifugal yang cenderung membubarkan semua titik,” jelasnya di Balairung Rudini, Jatinangor.

Menurut Menag, pemimpin yang baik adalah yang bisa berkomunikasi dengan masyarakatnya hingga menyentuh hati mereka. Menag menjelaskan bahwa sebagai pengayom masyarakat, penting untuk menjaga komunikasi yang baik dan juga memikirkan apa yang perlu disampaikan kepada masyarakat dengan bijak.

“Segala sesuatu yang keluar dari hati yang terdalam akan sampai ke hati yang terdalam juga, jadi sebelum berkomunikasi kepada masyarakat agar melakukan pembatinan”, ungkapnya.

Menag juga menjelaskan bahwa di tengah masyarakat Indonesia yang seluruhnya menggunakan agama sebagai seragam (baju) dalam menjalani hidup, agama bisa menjadi senjata bermata dua yang bisa menguntungkan dan juga merugikan.

“Agama itu seperti Nuklir, jika digunakan dengan baik maka akan bermanfaat dalam kehidupan manusia. Selain itu, juga dapat menghancurkan kehidupan manusia.

Layaknya Nuklir, agama bisa menjadi perantara komunikasi yang baik kepada masyarakat. Sebaliknya, agama juga bisa menjadi hal yang memecah belah umat dan bangsa”, terangnya.

Dalam hal Moderasi Beragama, Menag menegaskan bahwa bukan syari’at agama yang diubah, melainkan cara kita beragama lah yang perlu diubah. “Moderasi Beragama bukan untuk mengubah agama yang tadinya tradisional menjadi modern, melainkan untuk mengubah cara kita beragama, tanpa mengubah teks di kitab suci kita”, tambahnya.

Di akhir pembicaraan, Menag menyampaikan nasihat penting kepada para Kepala Daerah, “Orientasi ini diadakan untuk mencerdaskan intelektual dan juga emosional.

Karena tugas kita selain mencerdaskan intelektual masyarakat, kita juga perlu mencerdaskan emosional nya, sehingga menciptakan lingkungan beragama yang harmonis”. Menurut Menag semua agama mengacu kepada satu tujuan, yaitu kemanusiaan.

Acara ini diikuti oleh 86 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, serta menghadirkan audiens dari Praja IPDN. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel