Connect with us

Nasional

Singgung Teror Ledakan Pager di Lebanon, Jusuf Kalla: Umat Islam Tertinggal di Bidang Teknologi

Published

on

Kitasulsel–JAKARTA Wakil Presiden RI ke 10 dan 12, Jusuf Kalla atau JK, menilai, ummat Islam saat ini tertinggal dalam bidang teknologi. Hal tersebut disampaikan JK saat menjadi keynote spech diacara wisuda sarjana ke 25 Universitas Darunnajah, Jakarta, Sabtu (21/9/2024).

Bagi JK, ketertinggalan itu membuka mata akan kejadian yang terjadi di Gaza bahkan Lebanon, beberapa hari terakhir.

“Dunia islam saat ini mengalami fluktuasi yang sangat rumit. Tiap hari kita melihat bagaimana di Gaza. Kemarin di Libanon, apa yang membuat kematian, karena kita kalah dibidang teknologi,” kata JK di hadapan wisudawan civitas akademika Universitas Darunnajah.

JK memandang pentingnya Islam menguasai dan memahami bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagi Ketua DMI ini, penguasaan dan kemampuan dibidang ilmu dan teknologi adalah salah satu jalan utama untuk meningkatkan daya saing bangsa.

BACA JUGA  Bumerang Isu Boikot di Indonesia, Pakar: Waspada, Bisa Tingkatkan Gelombang PHK

“Saya selalu katakan untuk meningkatkan daya saing, dasarnya mempelajari ilmu dan teknologi. Tidak ada negara yang daya saingnya rendah selama mengedepankan ilmu dan teknologi,” tegas JK lagi.

Ia menyebut sejumlah negara maju yang terdepan karena menguasai science dan teknologi. Seperti Jepang, Korea dan Singapura. Negara-negara tersebut tidak memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah, tapi mereka mengutamakan sumber daya manusia (SDM) dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Indonesia kaya SDA tapi tidak maju. Itu artinya, tanpa scinence, tanpa teknologi daya saing kita ketinggalan dan daya saing kita rendah,” ujar JK.

JK juga mengingatkan jika Umat Islam pernah mengalami kejayaan di masa lalu. Faktor penyebabnya adalah karena Islam pada saat itu menguasai Ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditopang oleh ulama dan pengusaha.

BACA JUGA  Soal Pendidikan, Jusuf Kalla Minta Pemerintah Efektifkan Anggaran yang Ada

“Kejayaan Islam pada abad ke 9 lalu adalah kerja sama antara tiga hal, yaitu ulama, SDM yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengusaha. Begitu pemerintah meguasai, maka mundurlah Islam saat itu,” tutur JK.

Olehnya itu, JK mengajak agar mencontoh negara-negara maju yang mengedepankan penguasaan ilmu pegetahuan dan tekologi serta inovasi. Dengan jalan itu, JK yakin, akan mengembalikan kejayaan umat Islam seperti beberapa abad lalu. (*)

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Nasional

Bumerang Isu Boikot di Indonesia, Pakar: Waspada, Bisa Tingkatkan Gelombang PHK

Published

on

Kitasulsel–YOGYAKARTA Masyarakat diminta agar berhati-hati dan tidak asal mengikuti seruan boikot. Sebab, boikot dapat menjadi bumerang jika tidak dilakukan secara seksama dan terukur.

Ketua Dewan Pakar Pusat Studi Siyasah dan Pemberdayaan Masyarakat (PS2PM) Yogyakarta, Dr. M. Muslich KS mengatakan, boikot yang tidak terukur dapat berbuah gelombang PHK kepada masyarakat.

Maka dari itu, dia meminta masyarakat memiliki strategi yang tepat agar tidak jatuh korban dari masyarakat.

“Dalam konteks isu (boikot) jangan ada korban kalau bisa. Tapi strategi boikot itu kita pola sedemikian rupa sehingga menjadikan isu itu tidak menjadi sesuatu bumerang bagi kita,” kata Muslich

Salah satunya adalah dengan mendorong kebijakan di level pemerintah agar tidak lagi berhubungan secara government to government (G2G) dengan Israel.

BACA JUGA  Tinjau Korban Kebakaran Manggarai, Jusuf Kalla Sarankan Bangun Rumah Susun

Seperti diketahui, meski Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik formal, namun kedua negara tetap menjaga kontak perdagangan, pariwisata dan keamanan.

Menyitir kementerian perdagangan (kemendag), impor dari Israel untuk Indonesia meningkat ratusan persen secara tahunan (yoy).

Pada periode Januari hingga April 2024, impor Israel ke Indonesia meningkat 336% secara yoy menjadi US$29,2 juta atau setara dengan Rp479,6 miliar.

Perdagangan antar kedua negara tidak hanya sampai pada produk fisik semata namun juga software atau perangkat lunak mata-mata. Sejak tahun 2017, sejumlah perusahaan asal Israel ditengarai telah menjual teknologi penyadapan ke Indonesia seperti Pegassus untuk menyadap perangkat elektronik.

Investigasi Amnesty International menemukan teknologi dan alat-alat penyadapan itu dipesan sejumlah lembaga negara, di antaranya Polri dan Badan Sandi dan Siber Nasional (BSSN).

BACA JUGA  Soal Pendidikan, Jusuf Kalla Minta Pemerintah Efektifkan Anggaran yang Ada

Dia menyebut, melalui pemutusan relasi G2G, tekanan ekonomi dapat lebih dirasakan oleh Israel. Hal itu tentunya akan lebih berdampak pada agresi militer Israel kepada Palestina.

“Yang harus kita lakukan sehingga dampak boikot sendiri akan dapat bermanfaat untuk kepentingan politik luar negeri kita terkait dengan agresi itu,” ucap Muslich.

“Bagaimana strategi kita (boikot)jalan tapi korban jangan sampai terjadi yang begitu dahsyat,” sambung Muslich.

Menurutnya, tanpa boikot, ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Maka dari itu, tidak perlu aksi tambahan yang dapat memperparah kondisi ekonomi.

Lemahnya ekonomi Indonesia saat ini dibuktikan dengan pernyataan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) yang menyebut Indonesia mengalami deflasi yang selama empat bulan berturut-turut. Hal itu mengindikasikan daya beli masyarakat yang melemah.

BACA JUGA  Sarankan Televisi Berbagi Layar Tayangkan Adzan Bersamaan Perayaan Misa, Jusuf Kalla: Itulah Toleransi yang Paling Indah

Selain itu, gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) semakin marak. Data Kementerian Ketenagakerjaan menyebut jumlah buruh korban PHK menembus 46 ribu orang sepanjang tahun 2024.

“Tidak ada upaya boikot saja pengangguran di indonesia itu kan sekarang sudah pada titik yang sangat mengkhawatirkan,” ungkap Muslich. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2017 Zox News Theme. Theme by MVP Themes, powered by WordPress.