Connect with us

Ketua Paguyuban Luwu Barsatu Mulai Kibarkan Baliho Danny Pomanto Menuju Pilgub 2024 di 4 Kabupaten dan Kota Palopo

Published

on

Kitasulsel, Makassar—Mulai bergerak Ketua paguyuban Luwu Barsatu ABY mulai kibarkan baliho dan mensosialisasikan ke rumpung keluarga.

Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan ‘Danny’ Pomanto menuju Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan (Pilgub Sulsel) mulai tak terbendung.

Di 4 Kebupaten Kota yang ada di Luwu Raya, rencananya Aby akan menghamburkan baliho raksasa dengan ukuran 5 X 3 meter sekitar 50 lembar di beberapa Kecamatan yang ada di 4 Kabupaten dan Kota Palopo.

Ketua paguyuban Luwu Bersatu akan menetap dulu di Luwu Raya sambil mensosialisakan Calon Gubernur 2024, Wali Kota Makassar Danny Pomanto berlatar belakang arsitek tersebut. Di rumpung keluarganya.

Andi Sabir Am atau biasa di sapah Aby akan terus bergerak di beberapa kecamatan di Luwu Raya dan dia mengatakan saya rumpung keluarga besar di Luwu Raya dan Siap berupaya keras membantu Moh. Ramdhan Pomanto di Luwu Raya

“Baliho tersebut disebut akan dipasang di seluruh Kecamatan di Luwu Raya Kota Palopo,” ujarnya, Rabu (08/02/2023).

 

 

Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Nilai Kehormatan Jadi Alasan Merantau, Menag RI Ungkap 4 Filosofi Siri’ Bugis-Makassar

Published

on

Kitasulsel—MAKASSAR — Nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat Bugis-Makassar terbukti menjadi pendorong utama lahirnya semangat merantau. Hal ini disampaikan langsung oleh Imam Besar Masjid Istiqlal sekaligus Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. KH. Nasaruddin Umar, dalam Musyawarah Besar (Mubes) XII Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) yang digelar di Hotel Four Points by Sheraton, Makassar, Kamis (10/4/2025).

Dalam forum yang dihadiri ratusan tokoh dan perantau asal Sulawesi Selatan itu, Prof. Nasaruddin mengurai secara mendalam empat alasan filosofis yang menjadi latar belakang migrasi masyarakat Bugis-Makassar. Semua alasan tersebut bermuara pada satu nilai utama: siri’—harga diri.

“Perantauan orang Bugis-Makassar bukan semata-mata karena faktor ekonomi atau petualangan, tetapi lebih dalam dari itu—karena kehormatan dan tanggung jawab sosial,” ungkapnya.

Ia menjelaskan empat bentuk siri’ yang mendorong seseorang untuk merantau. Pertama, Siri’ Masiri, yakni keinginan menjaga atau meningkatkan martabat pribadi maupun keluarga. Menurutnya, ini adalah bentuk migrasi yang paling mulia.

Kedua, Siri’ Ripakasiri, terjadi saat seseorang merasa martabatnya direndahkan atau keluarganya dilecehkan. Dalam kondisi ini, merantau menjadi pilihan untuk menyelamatkan harga diri.

Ketiga, Pura Siri’, menggambarkan kehilangan legitimasi sosial karena melanggar kepercayaan masyarakat. Prof. Nasaruddin mengisahkan contoh legendaris Raja Soppeng yang memilih mundur karena kehilangan siri’ setelah tidak jujur dalam menemukan harta di sawah, yang kemudian berdampak pada gagal panen dua tahun berturut-turut.

Terakhir, Mate Siri’ atau Massipa Asu, merupakan titik terendah dalam martabat Bugis-Makassar, di mana seseorang dianggap tidak memiliki kehormatan lagi.

Namun demikian, Prof. Nasaruddin menekankan pentingnya penyaringan nilai-nilai budaya. Tidak semua bentuk siri’ harus dijunjung. Ia mengingatkan agar masyarakat hanya mempertahankan nilai-nilai yang sejalan dengan ajaran Islam dan kemanusiaan.

“Siri-siri yang kontradiktif dengan ajaran Islam jangan dipertahankan. Tetapi siri’ yang mendukung nasionalisme atau mengangkat martabat kita, itu yang perlu dipertahankan,” tegasnya.

Pemaparan Prof. Nasaruddin menjadi salah satu momen reflektif yang paling dalam dalam Mubes KKSS tahun ini. Ia mengajak masyarakat Bugis-Makassar untuk menggali dan memahami akar budayanya dengan bijak, lalu mewariskannya dalam semangat yang lebih Islami, nasionalis, dan progresif. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel