Politics
Jika Terpilih, AMAN Pastikan Sinkronisasi Pembangunan Pusat-Daerah Bisa Maksimal

Kitasulsel–MAKASSAR – Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar nomor urut empat, Amri Arsyid – Rahman Bando menegaskan pentingnya sinkronisasi dan koordinasi yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanaan program-program pembangunan.
Persoalan itu merujuk pada banyaknya proyek pemerintah pusat dan provinsi yang kerap bertentangan dengan rencana pembangunan di tingkat daerah. Misalnya, pembangunan Rel Kereta Api Makassar-Parepare dan proyek Stadion Mattoanging yang terhambat karena tidak sesuai dengan rencana tata ruang Kota Makassar.

Amri Arsyid mengatakan, konektivitas antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota sangat penting untuk memastikan rencana pembangunan jangka panjang dan menengah di daerah bisa terlaksana dengan baik.
“Untuk konektivitas ini sangat penting antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah baik itu provinsi maupun kota. Kita melihat kendala yang terbesar yang kita alami selama ini adalah kendala komunikasi dan koordinasi,” katanya.

Amri memastikan, jika AMAN memenangkan Pilwali Makassar pada 27 November mendatang, seluruh program pembangunan di Kota Makassar akan terkoneksi dengan rencana pembangunan jangka panjang dan menengah, baik secara nasional maupun di tingkat provinsi.
“Poinnya adalah untuk infrastruktur yang dibangun lintas provinsi ataupun juga lintas kabupaten, haruslah dibicarakan secara terintegrasi antara gubernur dan walikota yang terkoneksi dengan RPJM dan RPJP sehingga tidak ada lagi pembangunan dilaksanakan secara sektoral yang dilakukan secara lokal tapi pembangunan yang menyangkut hajat hidup orang banyak,” terangnya.
Selain itu, Amri Arsyid menekankan pentingnya memastikan rencana pembangunan pusat dan daerah berjalan beriringan. Ia juga berkomitmen untuk mendukung penuh seluruh program-program pembangunan nasional dan provinsi yang ada di Kota Makassar. (*)
Politics
Catatan Redaksi: Janji Politik: Dari Harapan Menuju Kenyataan

Kitasulsel—Makassar—Janji politik selalu menjadi magnet utama dalam setiap kontestasi pemilihan kepala daerah. Masyarakat menaruh harapan besar pada sederet program kerja yang ditawarkan, karena dari situlah terbit secercah keyakinan akan perubahan. Namun, di balik gegap gempita kampanye dan pidato politik, ada realitas yang kerap luput dipahami: tidak semua janji bisa langsung diwujudkan begitu seorang pemimpin dilantik.
Butuh waktu, proses, serta kedewasaan dalam menyikapinya. Penyelarasan antara janji politik dengan kekuatan anggaran daerah bukan perkara sederhana. Program kerja yang telah tertuang dalam dokumen perencanaan membutuhkan sinkronisasi dengan postur anggaran, mekanisme regulasi, hingga prioritas pembangunan yang disepakati bersama. Walau terkesan lambat, pada dasarnya roda implementasi tetap bergerak, dan janji politik perlahan menemukan jalannya untuk terealisasi.

Sebagian masyarakat kerap menilai janji politik sebagai sesuatu yang seharusnya segera terwujud begitu jabatan diemban. Padahal, dalam praktik pemerintahan, tidak ada kebijakan yang bisa berdiri sendiri tanpa mempertimbangkan aspek keuangan daerah. Keinginan mempercepat realisasi harus berhadapan dengan aturan, tata kelola, serta skema pembiayaan yang terbatas.
Sesungguhnya, tidak ada kepala daerah yang tidak ingin janji politiknya segera terwujud. Semua pemimpin tentu ingin meninggalkan jejak nyata di tengah masyarakat. Namun, kendala sering kali hadir dari kebijakan internal pemerintahan itu sendiri: mulai dari proses perencanaan anggaran, koordinasi antar-lembaga, hingga keterbatasan fiskal. Di sinilah pentingnya kedewasaan publik dalam memandang dinamika politik dan pembangunan.

Hal yang perlu digarisbawahi adalah, penyelarasan antara program kerja dengan kemampuan anggaran tidak boleh dilakukan secara terburu-buru. Sebab, tergesa-gesa dalam memenuhi janji justru berisiko menimbulkan pelanggaran pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas dan transparansi menjadi fondasi penting agar realisasi program benar-benar berdampak positif, bukan sekadar mengejar pencitraan.
Pada akhirnya, janji politik bukan sekadar kata-kata manis di masa kampanye, melainkan amanah yang membutuhkan perjalanan panjang. Di dalamnya ada proses belajar, kesabaran, dan kesungguhan. Bagi masyarakat, memahami bahwa perubahan tidak bisa terjadi dalam sekejap adalah bentuk kedewasaan politik. Bagi kepala daerah, menepati janji dengan penuh tanggung jawab adalah wujud integritas yang sesungguhnya.
-
2 tahun ago
Informasi Tidak Berimbang,Dewan Pengurus KKS Kairo Mesir Keluarkan Rilis Kronologi Kejadian di Mesir
-
Politics12 bulan ago
Indo Barometer:Isrullah Ahmad -Usman Sadik Pepet Budiman-Akbar,IBAS-Puspa Tak Terkejar
-
1 tahun ago
Tangis Haru Warnai Pelepasan Status ASN Hj Puspawati Husler”Tetaplah Kuat Kami Bersamamu”
-
2 tahun ago
Pj Gubernur Bahtiar Paparkan Rencana Pembangunan Sulsel di Depan Presiden Jokowi
-
3 tahun ago
Video Menolak Berjabat Tangan Dengan Seorang Warga Viral ,Ketua DPRD Luwu Timur Dinilai Tidak Mencerminkan Diri Sebagai Wakil Rakyat
-
1 tahun ago
IBAS Is Back: Siap Maju di Kontestasi Pilkada Luwu Timur
-
3 tahun ago
Dari Kotamobagu, BMR Anies Bertekat Menangkan Anies Baswedan*
-
1 tahun ago
Duet Birokrat dan Legislatif, NasDem Usung Syahar-Kanaah di Pilkada Sidrap
You must be logged in to post a comment Login