Connect with us

Kementrian Agama RI

Menag Minta PTK Wujudkan Pendekatan Salad Bowl, Apa itu? Afissa H.OAfissa H.O

Published

on

Kitasulsel–JAKARTA Menteri Agama Nasaruddin Umar berbicara pentingnya pendekatan Salad Bowl dalam menyikapi keragaman. Menag minta agar Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) bisa mewujudkan pendakatan ini demi menguatkan kerukunan.

Lantas, apa itu Salad Bowl?

“Jika diibaratkan, Indonesia sebagai peradaban Islam itu seperti salad bowl, yaitu keberagaman budaya yang tetap dipertahankan meski bercampur dalam satu masyarakat,” jelas Menag saat menghadiri Dialog Interaktif Peresmian Kampus Peradaban Qur’ani Internasional Universitas PTIQ Jakarta, Rorotan, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (23/9/2025).

“Ini (salad bowl) berbeda dengan melting pot yang meleburkan berbagai budaya menjadi satu yang homogen, atau asimilasi yang justru menghilangkan identitas budaya minoritas. Di Indonesia, kita justru merawat perbedaan agar menjadi kekuatan,” lanjutnya.

BACA JUGA  Soal Kampung Haji, Menag Sebut Masuk Tahap Penyusunan Desain

 

Menurut Menag, pendekatan salad bowl inilah yang diharapkan mampu diwujudkan melalui PTK, termasuk Kampus Peradaban Qur’ani PTIQ Jakarta. PTK tidak hanya menjadi pusat kajian keagamaan (Al-Qur’an), tetapi juga pusat pengembangan ilmu pengetahuan yang berpihak pada nilai-nilai kebangsaan.

“Kita ingin kampus PTIQ ini menjadi mercusuar moderasi beragama, tempat tumbuhnya generasi muda yang religius sekaligus ilmiah, yang siap menghadapi tantangan global namun tetap berakar kuat pada Pancasila dan Al-Qur’an,” tambah Menag.

Dialog interaktif ini menjadi bagian dari peresmian pembangunan Kampus Peradaban Qur’ani Internasional PTIQ Jakarta yang digagas untuk melahirkan lulusan berdaya saing global, berilmu pengetahuan tinggi, sekaligus menjaga jati diri keislaman yang rahmatan lil ‘alamin. (*)

BACA JUGA  UPQ Kemenag Targetkan Cetak 1 Juta Mushaf Al-Qur’an pada 2025
Continue Reading
Click to comment

You must be logged in to post a comment Login

Leave a Reply

Kementrian Agama RI

Harun Nasution dan Mitos UIN Jakarta, Refleksi Menag di Dies Natalis ke-68

Published

on

Kitasulsel–JAKARTA Pada peringatan Dies Natalis ke-68 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Menteri Agama Nasaruddin Umar merefleksikan perjalanan panjang kampus yang telah melahirkan banyak pemikir, tokoh, dan cendekiawan muslim.

Sebagai alumnus, Menag berbicara dengan penuh keakraban. Ia tak hanya menyinggung capaian dan rencana ke depan, tetapi juga mengenang kenangan serta tanggung jawab moral yang melekat pada almamaternya.

“Dulu, ketika nama IAIN atau UIN Jakarta disebut, orang langsung teringat para tokoh, penulis, pengamat, hingga cendekiawan. Saat itu UIN Jakarta betul-betul menjadi mitos,” ujarnya, Rabu (24/09/2025).

“Mitos” yang dimaksud adalah reputasi intelektual kampus ini pada masa lalu, ketika gagasan-gagasan dari dosen dan alumninya mewarnai diskursus keagamaan, politik, hingga kebudayaan nasional. Menag menegaskan, semangat itu tidak boleh hilang, dan harus kembali dihidupkan sebagai jati diri UIN Jakarta.

BACA JUGA  Soal Kampung Haji, Menag Sebut Masuk Tahap Penyusunan Desain

Dalam sambutannya, Menag juga mengenang sosok almarhum Prof. Harun Nasution, rektor sekaligus pembaharu pemikiran Islam di Indonesia.

“Prof. Harun Nasution bukan hanya seorang akademisi, tetapi juga figur konsisten yang menyatukan ilmu dan amal. Beliau bukan sekadar pengajar, tetapi pendidik yang menyalakan obor pencerah Islam di Indonesia,” tuturnya.

Menag menekankan, tugas PTKN bukan sekadar mencetak ilmuwan, melainkan melahirkan intelektual dan cendekiawan yang membawa manfaat nyata bagi masyarakat. Figur seperti Harun Nasution menjadi teladan bahwa seorang guru sejati harus mampu menghadirkan pencerahan sekaligus perubahan.

Peringatan Dies Natalis ke-68, lanjut Menag, menjadi momentum untuk meneguhkan kembali UIN Jakarta bukan sekadar institusi pendidikan, melainkan pusat peradaban dengan jejak sejarah panjang. Banyak tokoh pembaharu Islam di Indonesia lahir dari rahim kampus ini.

BACA JUGA  Lewat FGD KUB, Dr. Bunyamin M. Yapid Serukan Penguatan Moderasi dan Ekoteologi

“UIN Syarif Hidayatullah melegenda sebagai mitos lembaga pendidikan yang disegani. Di usia ke-68 ini, marwah itu harus kita hidupkan kembali. Saya berharap besar, bukan hanya kepada UIN Syarif Hidayatullah, tetapi juga kepada seluruh PTKN di Indonesia agar menjadi pilar kemajuan bangsa,” pungkasnya. (*)

Continue Reading

Trending

Copyright © 2024 Kitasulsel